
JOMBANG — Di Minggu (13/7/2025) pagi yang cerah, ribuan jamaah berseragam putih mulai berdatangan ke terminal makam Gus Dur, Tebuireng, Jombang. Diiringi tabuhan rebana dan lantunan salawat, mereka berkumpul bukan sekadar untuk perjalanan fisik, tetapi untuk menyusuri jejak-jejak spiritual para ulama besar Nusantara.
Sebanyak 4.000 jamaah Majelis Seribu Rebana (Serban), di bawah bimbingan KH Nur Hadi, Mustasyar PCNU Jombang, dilepas menuju perjalanan ziarah dan sowan ke beberapa tokoh penting pesantren dan kiai karismatik di Jawa Timur.
“Ziarah ini bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga untuk meneladani. Dari Gus Dur ke Gus Iqdam, kita berjalan dalam jejak para ulama,” ujar KH Nur Hadi, yang akrab disapa Mbah Bolong, sebelum keberangkatan.
Prosesi pemberangkatan digelar penuh khidmat, dimulai tepat pukul 09.00 WIB. Kapolres Jombang AKBP Ardi Kurniawan hadir langsung, mengibarkan bendera tanda dimulainya perjalanan. Doa pemberangkatan dipimpin oleh Nyai Nur Hasanah, Pengasuh Majelis An-Nur Gresik.
“Semoga perjalanan ini penuh barokah, dan seluruh jamaah kembali ke rumah masing-masing dengan selamat,” ujar Kapolres, yang secara khusus mengawal langsung keberangkatan ini.

Menurut Humas panitia, Muchammad Heru Santoso, rombongan terdiri dari 63 armada bus, 6 mobil patwal, 3 kendaraan VIP, serta 2 ambulans. “Peserta berasal dari berbagai unsur mulai jamaah Serban, panitia, tim media, hingga petugas medis,” ujarnya.
Rute perjalanan kali ini menghubungkan empat titik penting, masing-masing memiliki makna spiritual yang dalam bagi jamaah:
- Ziarah ke Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH Hasyim Asy’ari di Tebuireng sebagai simbol warisan keilmuan dan keberanian sosial.
- Sowan ke Pondok Pesantren Mambaul Huda, Mantenan, Udanawu, Blitar sebagai titik silaturahmi antarpesantren.
- Sowan ke KH Muhammad Iqdam (Gus Iqdam) di Karanggayam, Blitar yang merupakan dai muda yang menjadi magnet baru spiritual anak muda.
- Ziarah ke Pondok Pesantren Salafiyah Kapurejo, Pagu, Kediri sebagai penutup yang menyambung semangat salafiyah yang kuat.
“Di setiap tempat kami adakan salawat bersama dan mendengarkan mauidhoh hasanah dari kiai atau ulama setempat,” tambah Heru.
Yang paling mencolok tahun ini adalah lonjakan jumlah peserta, terutama sejak Gus Iqdam masuk dalam rute sowan.
“Tahun lalu hanya 44 bus, sekarang 63. Itu semua karena antusiasme jamaah ingin sowan langsung ke Gus Iqdam,” ujar Mbah Bolong. Ia berharap ke depan jumlahnya terus meningkat, “Asalkan tetap dalam semangat salawat dan akhlakul karimah,” imbuhnya.
Rais Syuriah MWCNU Diwek ini menyebut, peserta tak hanya dari kalangan jamaah Serban saja, tetapi juga melibatkan tokoh-tokoh pemerintahan lokal. “Ada camat, lurah, dan kepala desa yang ikut sowan bersama kami,” ujarnya.
Bagi sebagian peserta, pengalaman ini merupakan momentum yang sulit dilupakan. Seperti yang dirasakan Muhammad Afifuddin, salah satu jamaah muda asal Jombang.

“Ini baru kali kedua saya ikut, dan kali ini satu mobil dengan Mbah Bolong. Rasanya luar biasa, apalagi dikawal langsung oleh Pak Kapolres,” katanya dengan mata berbinar.
Perjalanan ini bukan hanya sebuah rutinitas tahunan, tetapi napak tilas spiritual yang memadukan cinta kepada ulama, semangat kebersamaan, dan kekuatan tradisi.
Dalam iringan 63 bus yang bergerak perlahan melintasi jalanan Jawa Timur, ada ratusan tabuhan rebana, ribuan doa, dan jutaan harap yang dititipkan para jamaah bahwa dengan mendekat kepada para kekasih Allah, mereka akan didekatkan pula pada kedamaian hidup yang hakiki.
(Muk/Har/Tom/Raf)



