Thursday, May 9, 2024
HomePendidikanBerkah Mondok, Inilah Kisah Santri Ponpes Darussalamah Krian Yang Kini Jadi Kepala...

Berkah Mondok, Inilah Kisah Santri Ponpes Darussalamah Krian Yang Kini Jadi Kepala Sekolah

Muhammad Ma’ruf saat mengisi secara daring di hadapan santri dan santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalamah, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Senin (4/12/2023). (foto: CAKRAWARTA)

SIDOARJO – Gelar santri selalu melekat pada kehidupan Muhammad Ma’ruf (44), alumnus Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalamah, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.

Sejak lulus dan keluar dari Ponpes Darussalamah pada 2000-an, rutinitas Ma’ruf adalah mengaji seperti sebagaimana ia dulunya lakukan selama mondok. Menurutnya, mengaji seperti kebutuhan bahkan hingga kini ketika dia sudah menjadi Kepala Sekolah seperti sekarang ini.

Ma’ruf bercerita bahwa pada saat jenjang pendidikan SMA, 28 tahun silam, Ma’ruf memutuskan untuk nyantri alias mondok di Ponpes Darussalamah.

“Tujuan saya karena sangat berharap bisa mendapatkan asupan ruhani, serta keseimbangan antara ilmu umum dan diniyah terpenuhi,” ujarnya saat berkisah pada santri dan santriwati di Aula Ponpes Darussalamah Krian, Senin (4/12/2023).

Aktivitas Ma’ruf, lanjutnya, selama di Ponpes Darussamah tentunya serupa dengan santri lainnya. Pagi sekolah di luar, siang hingga malam ikut mengaji. Saat itu Darussalamah hanya memiliki unit pendidikan jenjang SD saja, tidak seperti sekarang yang sudah sampai jenjang SMA.

Pria yang menekuni bidang pendidikan itu, saat ini sudah menjalani kehidupan yang mapan sebagai seorang kepala SMP Al-Falah As-Salam, Kabupaten Sidoarjo.

Sepak terjangnya menggeluti dunia pendidikan tidak dalam waktu singkat. Ia teringat pesan pendiri Ponpes Darussalamah, KH Mustafid bin Munawwir bahwa selepas sekolah, ia diminta sang kiai agar kuliah sehingga nantinya bisa mendirikan sekolah di pondok pesantren.

Nasehat sang kiai pun, ia jalani dengan berkuliah di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) hingga lulus. Memang jadi kenyataan, ia termasuk salah satu orang yang mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Darussalamah.

Pada masa awal (1995) menjadi santri, Ma’ruf mengaku masuk di kelas tuhfah yang merupakan jenjang dasar di Madrasah Diniyah, meskipun dirinya sudah SMA.

“Aktivitas santri adalah maknani kitab, sekaligus ada tuntutan harus menghafal nadhoman,” kisahnya.

Karena punya keinginan kuat, akhirnya di tahun 1998, Ma’ruf mengikuti haflah alfiyah Ibnu Malik. Kala itu yang memberikan mauidhoh di Ponpes Darussalamah Krian adalah Ketua Umum PBNU, KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Lantas, Ma’ruf mengungkapkan kenapa dirinya mampu melewati jenjang tuhfah hingga alfiyah cuma 3 tahun. Semua itu doa dan keberkahan dari para guru dan kiainya, sehingga ia diberikan kemudahan untuk menjalani aktivitas di pondok pesantren.

“Saya menggunakan waktu luang untuk melakukan menambah hafalan dan muroja’ah. iya tetap bermain bola dengan teman-teman, tapi setelah itu saya muroja’ah sendiri di lapangan,” paparnya.

Kepala SMP Al-Falah As-Salam Sidoarjo ini mengatakan bahwa banyak pengajaran dan pengalaman yang Ma’ruf dapatkan kala nyantri saat di bangku sekolah. Kepada seluruh santri, dia menyampaikan agar memanfaatkan betul kesempatan selama di pondok. Anggap saja sebagai rumah pertama.

“Darussalamah adalah rumah terbaik, tempat terbaik dan dibimbing oleh guru-guru terbaik,” tandasnya sekaligus menjadi pesan pada para santri dan santriwati yang hadiri.

(anjay/bus)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular