Surabaya, – Sering terdengar perkataan ‘berbukalah dengan yang manis-manis’. Namun, hal tersebut perlu menjadi pertimbangan bagi penyandang diabetes (kelebihan kadar gula). Penyandang diabetes harus mengendalikan pola makan dan kegiatan mereka. Jangan sampai bulan Ramadan malah membawa penyakit bagi tubuh. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Endokrin-Metabolik-Diabetes, Dr. Hermina Novida, dr., SpPD., K-EMD FINASIM mengungkapkan bahwa penggunaan insulin, hormon pengendali kadar gula dalam tubuh, juga perlu mendapat perhatian khusus.
“Dosis dan frekuensi insulin harus disesuaikan pada saat bulan Ramadan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk menyesuaikan dosis insulin dengan kondisi puasa dan kondisi masing-masing pasien,” jelasnya pada media ini, Selasa (26/3/2024).
Penyandang diabetes, lanjut Hermina, harus menghindari pola makan yang berlebihan saat sahur dan berbuka. Juga tak boleh melewatkan makan sahur, dengan tujuan agar penyandang diabetes memiliki cadangan energi serta mencegah hipoglikemia yaitu kondisi kadar gula dalam darah dibawah normal.
“Namun juga makan sahur yang berlebihan akan memicu kenaikan gula darah dan berat badan. Olahraga berat juga harus dihindari seperti angkat beban atau lari maraton,” imbuhnya.
Di sisi lain, makanan yang dikonsumsi oleh penyandang diabetes tidak boleh mengandung banyak gula, garam, dan lemak. Makanan tinggi serat seperti buah dan sayur sangat bagus bagi penyandang diabetes, kata dr Hermina.
“Selain buah dan sayur, karbohidrat seperti nasi merah dan nasi jagung yang memiliki indeks glikemik rendah mampu membuat rasa kenyang lebih lama dan kenaikan kadar gula darah yang rendah,” tuturnya.
Pola makan penyandang diabetes saat bulan puasa haruslah seimbang serta sesuai dengan kebutuhan kalori. Kontrol diri untuk tidak mengonsumsi junk food dan makanan siap saji. Dan, konsumsi makanan tinggi serat dan protein.
Hermina menyarankan penyandang diabetes untuk mengurangi dosis dan frekuensi penyuntikan insulin. Tentu melalui konsultasi dengan dokter agar dapat menentukan dosis yang tepat.
“Namun secara umum, insulin basal yang disuntikkan sehari sekali, dosisnya dikurangi menjadi 50 persen hingga 75 persen dosis normal. Untuk insulin prandial yang disuntikkan tiga kali sehari, dikurangi menjadi dua kali sehari, yakni saat sahur dan berbuka puasa,” ungkapnya.
“Dosis insulin prandial sama seperti dosis normal, dan dosis saat sahur dikurangi menjadi 50 hingga 75 persen dosis normal. Lalu, insulin premix juga dikurangi menjadi 50 hingga 75 persen dosis normal,” tambahnya.
Hermina menganjurkan untuk sahur menjelang imsak dengan makanan sehat tinggi serat dan air seperti buah dan sayur. Kedua, berbuka secara bertahap dan jangan sampai kekenyangan. Ketiga, minum air putih secukupnya dan batasi minuman manis serta bersoda.
“Olahraga tetap diperlukan, minimal 30 menit dalam sehari. Durasi tidur juga harus dijaga 6-8 jam sehari. Serta konsultasi dengan dokter jika memiliki penyakit yang harus minum obat secara teratur,” imbaunya.
Menurut Hermina, penderita diabetes dapat tetap sehat di bulan Ramadan, asal menjalani saran-saran yang telah dianjurkan, menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi, serta berkonsultasi dengan dokter untuk mengenali risiko yang dapat terjadi saat berpuasa.
(pkip/mar/bti)