Friday, November 21, 2025
spot_img
HomePendidikanISNU Disebut Sebagai Penanda Lahirnya Gerakan Intelektual NU di Ranah Profesional

ISNU Disebut Sebagai Penanda Lahirnya Gerakan Intelektual NU di Ranah Profesional

Pengurus ISNU Jatim berfoto bersama seusai melaksanakan Tasyakuran Hari Lahir ke-26 ISNU di Kantor PW ISNU Jatim, Surabaya, Rabu (19/11/2025) petang. (foto: ISNU Jatim for Cakrawarta)

SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Pelaksana tugas Ketua PW Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, Prof. M. Afif Hasbullah, menyebut kehadiran ISNU sejak dua dekade lalu menandai fase baru gerakan intelektual NU yakni dari tradisi pesantren menuju penguatan peran di sektor profesional.

“Gerakan intelektual di NU sebenarnya telah lama tumbuh. Namun, pada masa awal, mayoritas bersumber dari pesantren dengan orientasi membangun NU dan menjaga NKRI,” ujar Afif dalam Tasyakuran Hari Lahir ke-26 ISNU di Kantor PW ISNU Jatim, Rabu (19/11/2025) petang.

Menurut Afif, tonggak penting itu terjadi pada 19 November 1999, ketika ISNU resmi dibentuk. Organisasi ini berawal dari Forum Silaturahim Sarjana NU (FOSSNU), seiring kian meluasnya peran intelektual NU yang bergerak di berbagai profesi modern.

“Bisa jadi, saat itu muncul kebutuhan konsolidasi agar para sarjana NU bisa berkontribusi lebih terarah bagi bangsa dan negara. Atau mungkin pula muncul kerinduan para santri yang berkiprah di berbagai sektor untuk tetap terhubung dengan tradisi keulamaan NU,” tutur Afif.

Ia menambahkan, geliat itu tidak hanya datang dari akademisi dalam negeri, tetapi juga dari diaspora sarjana NU di berbagai belahan dunia. Kondisi ini membuat peran lembaga seperti Lakpesdam NU tidak lagi mencukupi, sehingga NU membutuhkan badan otonom yang khusus menaungi para sarjananya.

“Saya bergabung sejak ISNU Cabang Lamongan pada 2003. Kini, di ISNU Jatim, kita justru melihat perkembangan signifikan dengan hadirnya tujuh cabang istimewa di sejumlah kampus besar, seperti Unibraw, Unisma, Unair, UINSA, Unuja, UIN Malang, hingga Universitas Sunan Drajat Tuban,” ujarnya.

Memasuki usia ke-26 (1999–2025), Afif berharap kader ISNU semakin solid. Kekompakan, katanya, adalah modal penting untuk memperkuat sinergi dan mempercepat lahirnya inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Acara tasyakuran yang dihadiri kader ISNU dari Surabaya, Sidoarjo, Jombang, dan Pasuruan itu juga diikuti sejumlah tokoh senior ISNU Jatim, antara lain H. Abdul Manan, dr. Hamid Nawawi, dan Dr. Ir. M. Qoderi.

Dalam sesi refleksi, para senior ISNU mengenang proses panjang pengakuan ISNU sebagai badan otonom NU dalam Muktamar ke-32 NU di Makassar tahun 2010, serta dinamika pembentukan Pengurus Pusat ISNU yang kemudian memperkuat struktur keorganisasian ISNU di seluruh Indonesia.(*)

Editor: Abdel Rafi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular