
Alhamdulillah.
Perjalanan haji bukanlah titik akhir, melainkan titik awal menuju transformasi hidup yang lebih luas. Selama haji, kita telah menapaki setiap langkah dengan penuh keikhlasan. Dari ihram hingga thawaf, dari Arafah hingga Mina. Sebuah perjalanan spiritual yang mengasah hati, menumbuhkan kepedulian, dan menyalakan semangat untuk berkontribusi bagi sesama.
Kini, pasca haji, bukan hanya jiwa yang diperbarui, tetapi juga amanah baru telah diembankan. Pada Senin, 14 Juli 2025, lima hari setelah kembali dari Tanah Suci, saya dipanggil untuk mengemban tugas sebagai Wakil Direktur Bidang Kerja Sama, Hubungan Masyarakat, dan Sistem Informasi di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Sebuah momen yang mempertemukan semangat spiritual dengan panggilan profesional.
Mengalirnya Amanah Baru: Dari Ihram Menuju Institusi
Setelah mendarat di Tanah Air pada Rabu malam, 10 Juli 2025, suasana rumah menjadi begitu hangat. Selama empat hari penuh, dari Kamis hingga Ahad, rumah kami dipenuhi tamu: keluarga besar dari Pamekasan dan Lamongan, tetangga, para kolega, sahabat, dan kerabat. Mereka tak hanya datang bersilaturahmi, tapi juga membawa doa dan harapan. Tamu-tamu bahkan harus dibagi ke tiga titik: ruang tamu, musholla, dan ruang keluarga.
Dan tepat hari Senin, 14 Juli 2025, setelah seluruh tamu kembali ke rumah masing-masing, saya justru kembali melangkah ke ruang amanah. Tidak hanya kembali bekerja, tapi langsung diamanahi peran strategis di PENS sebagai Wakil Direktur Bidang Kerja Sama, Humas, dan Sistem Informasi. Sebuah panggilan yang tidak saya rancang, tapi mengalir seperti takdir yang disiapkan Allah.
Dari Ihram ke Dunia Profesional: Membangun Struktur Amanah
Haji telah mengajarkan bahwa kekhusyukan dan kepemimpinan tidak berhenti di Arafah. Seperti kain ihram yang menyatukan semua jemaah dalam kesetaraan, amanah profesional mengajarkan kita bahwa jabatan adalah bentuk tanggung jawab, bukan sekadar prestise.
Di kampus inovasi seperti PENS, semangat haji itu diterjemahkan dalam kerendahan hati, kolaborasi, dan integritas. Dalam struktur organisasi, kita belajar memahami posisi, menghormati garis koordinasi, dan menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Seperti jemaah haji yang bergerak serempak dalam thawaf, seluruh elemen institusi harus bersinergi dan berjalan dalam harmoni.
Contohnya, memahami dan menjalankan peran profesional sesuai struktur organisasi adalah bagian dari ketaatan modern yang tak kalah bernilai. Di sinilah kemabruran diuji bukan dengan ritual, tapi dengan kerja nyata, kolaborasi sehat, dan niat yang terus diperbarui.
Analogi RSVC: Menjaga Aliran Kemabruran
Sebagai seseorang yang berlatar belakang teknik elektro, saya mencoba menggambarkan semangat menjaga kemabruran pasca haji melalui analogi sederhana namun bermakna, yakni RSVC. RSVC adalah singkatan dari Resistor, Switch, Voltage, dan Conductor. Dalam sebuah rangkaian listrik, keempat komponen ini sangat penting untuk menjaga aliran tetap stabil dan fungsional. Begitu pula dalam hidup pasca haji, aliran spiritual dan sosial kita harus terus dijaga agar tetap mengalir dan bermanfaat.
R – Resistor
Hambatan dan godaan akan selalu ada dalam kehidupan manusia, termasuk setelah haji. Resistor di sini menggambarkan tantangan yang justru menguatkan niat dan menguji keikhlasan. Dengan kesabaran, kita justru dimampukan untuk mengontrol arus emosi dan tetap stabil dalam kebaikan.
S – Switch (On/Off)
Ibarat saklar, switch melambangkan komitmen yang harus selalu dijaga agar tidak ‘mati’. Komitmen itu bisa berupa konsistensi shalat di awal waktu, menjaga amanah, hingga terus terlibat dalam amal sosial. Pasca haji, saklar spiritual kita harus terus dalam posisi ON, menyala dengan ibadah dan kontribusi.
V – Voltage
Seperti tegangan listrik yang menjadi sumber energi dalam sistem, voltage menggambarkan semangat spiritual yang kita peroleh di Arafah. Energi ini yang mendorong kita untuk bertindak, berkarya, dan berbagi. Tanpa voltage, tidak ada gerakan. Tanpa ruh spiritual, amal pun kehilangan nyawa.
C – Conductor
Konduktor adalah penghantar arus. Dalam kehidupan, kitalah konduktor itu. Menyalurkan energi dan manfaat dari nilai-nilai haji kepada lingkungan sekitar. Baik di rumah, kantor, kampus, maupun masyarakat luas, kita dituntut menjadi saluran berkah, bukan sumbatan arus.
Dari Haji untuk Umat, Dari Institusi untuk Masa Depan
Haji bukan sekadar ibadah individu. Ia adalah energi sosial. Maka ketika kita pulang dengan selamat, kita juga pulang dengan semangat baru: untuk memperkuat kerja sama, menghidupkan komunikasi publik yang sehat, dan membangun sistem informasi yang adaptif, seperti yang diharapkan oleh transformasi institusi PENS.
Kita tidak tahu siapa yang mendoakan langkah kita ke Mekkah. Tapi kini, saat kita telah pulang dengan sehat walafiat dan dipercaya memegang amanah baru, saatnya kita yang mendoakan dan melayani lebih banyak orang. Dengan langkah yang lebih ringan, niat yang lebih bersih, dan semangat yang lebih besar.
Karena kemabruran bukan sekadar status, ia adalah energi yang terus mengalir dalam bentuk kontribusi.
FIRMAN ARIFIN
Wakil Direktur IV PENS dan Jamaah Haji 2025 Kloter 92 Nurul Hayat



