Saturday, December 6, 2025
spot_img
HomeGagasanKolomDua Gunung, Dua Jejak Cinta: Tsur dan Rahmah dalam Perjalanan Iman

Dua Gunung, Dua Jejak Cinta: Tsur dan Rahmah dalam Perjalanan Iman

Jabal Rahmah. (foto: firman arifin)

Setelah melewati puncak-puncak ibadah haji yang penuh perjuangan: wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, melempar jumrah di Mina, dan thawaf ifadah. Hari-hari setelahnya menjadi momen untuk menyerap makna yang lebih dalam. Di sinilah city tour kedua KBIH Nurul Hayat (NH) hadir, bukan sekadar jalan-jalan spiritual, tetapi ziarah batin ke dua titik sejarah besar: Jabal Tsur dan Jabal Rahmah.

Dua gunung ini sering menjadi titik singgah batin para peziarah. Bukan karena kewajiban fiqih, tapi karena kedalaman makna yang ia tawarkan. Dua bukit batu ini menyimpan kisah cinta yang abadi. Cinta kepada Allah, kepada sesama, dan kepada tugas besar sebagai hamba.

Ketika Cinta Butuh Persembunyian

Jabal Tsur berdiri kokoh di selatan Makkah, memeluk erat sebuah gua yang pernah menjadi tempat persembunyian Rasulullah dan sahabat setianya, Abu Bakar RA. Dalam gelap dan sunyinya gua itu, berlangsung kisah hijrah yang bukan hanya fisik, tapi juga spiritual. Di sana, ketegangan menyelimuti udara, sebab para pemburu Quraisy tengah mencarinya. Namun Allah turunkan perlindungan dengan cara yang lembut jaring laba-laba.

Jaring ini cukup untuk mengelabui musuh dengan logikanya sendiri dan menguatkan hati yang sedang diuji“, ujar ustadz Heri pembimbing dari NH.

Ucapan Rasulullah kepada Abu Bakar kala itu menjadi bekal sepanjang zaman: “Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS At-Taubah: 40).

Inilah pelajaran dari Jabal Tsur, bahwa ketika cinta kepada Allah dipegang teguh, tak ada tempat yang terlalu sempit untuk harapan. Terkadang, cinta paling kuat justru diuji dalam kesunyian dan sembunyi.

Ketika Cinta Bertemu Kembali

Berbeda dengan suasana Tsur yang tegang dan tersembunyi, Jabal Rahmah di Arafah justru terbuka dan penuh harap. Gunung kecil ini dipercaya sebagai tempat pertemuan Nabi Adam dan Hawa setelah berpisah pasca diturunkan dari surga. Tempat yang sunyi itu menjadi saksi cinta yang dipertemukan kembali oleh rahmat Allah.

Di sekitar bukit ini, jutaan manusia berkumpul setiap 9 Dzulhijjah, menanti ampunan, menumpahkan air mata, dan membawa doa-doa yang selama ini disimpan. Di titik inilah, cinta berwujud pengakuan dan penerimaan. Cinta yang bersedia memaafkan, mengulang dari awal, dan berjalan bersama lagi dalam keridhaan Allah.

Bagi banyak jamaah, Jabal Rahmah bukan hanya soal sejarah. Ia menjadi tempat meneguhkan niat, memperbaiki relasi, dan berharap kepada masa depan yang penuh berkah. Seperti Adam dan Hawa, kita pun pernah tersesat. Tapi selama rahmat-Nya masih terbuka, selalu ada peluang untuk kembali bertemu, kembali mencinta.

Dua Arah Cinta dalam Hidup Kita

Jabal Tsur dan Jabal Rahmah menggambarkan dua arah perjalanan cinta dalam hidup seorang mukmin. Tsur adalah cinta yang melindungi, menyimpan, dan bertahan di bawah tekanan. Rahmah adalah cinta yang membuka diri, menyambut, dan mengembalikan harapan yang sempat hilang. Keduanya penting. Keduanya mengajarkan kita untuk terus berjalan.

Kadang hidup membawa kita ke Tsur. Saat kita harus diam, sabar, dan menjaga diri. Kadang kita dibawa ke Rahmah. Saat kita butuh dimaafkan, butuh disambut, dan butuh mulai kembali. Dan keduanya adalah bagian dari proses menjadi hamba yang kembali kepada-Nya, dengan cinta yang utuh.

Gunung dalam Diri Kita

Setiap orang punya “gunung” dalam dirinya. Ada yang sedang mendaki Tsur, menapaki jalan sunyi perjuangan dan pengorbanan. Ada pula yang sedang meniti Rahmah, memohon pertemuan, kehangatan, dan cinta yang baru.

Yang pasti, dalam setiap langkah itu, Allah tidak pernah jauh. Di balik setiap gunung, selalu ada langit yang terbuka. Dan di balik setiap air mata, selalu ada cahaya yang menuntun pulang.

Jika Jabal Rahmah menjadi saksi cinta Adam dan Hawa yang dipertemukan kembali, maka Siti Rahmah adalah ibunda sekaligus saksi hidup saya, yang pertama kali mengajarkan cinta sejak tangis pertama saya hadir di dunia.

FIRMAN ARIFIN

Dosen PENS, Jamaah Haji 2025 Kloter 92 Nurul Hayat

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -spot_img

Berita Terbaru

Most Popular