
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Di tengah derasnya transformasi digital dan tantangan zaman yang makin kompleks, Lembaga Ta’lif wan Nasyr Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (LTN PWNU) Jawa Timur tampil sebagai pionir perubahan. Tidak hanya menjaga warisan, LTN juga menanamkan fondasi baru peradaban Nahdliyin yang kini menjelma dari lembaran pena ke jejaring dunia maya.
Dalam Gala Dinner dan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) LTN PWNU se-Jawa Timur yang digelar di Pesantren Digipreneur Al-Yasmin, Surabaya, Sabtu (10/5/2025), Sekretaris PWNU Jatim Dr.. Ir. KHM Faqih menyampaikan bahwa ta’lif (penulisan) dan nasyr (penyebaran) bukan sekadar aktivitas dokumentatif, melainkan akar dari tegaknya peradaban Islam.
“Secara keilmuan, umat Islam pernah jauh lebih unggul dari Babilonia, Tiongkok, bahkan Yunani. Namun kita runtuh karena pustaka-pustaka kita dihancurkan dan ilmu kita dibawa ke Barat,” tuturnya penuh makna.
Menurutnya, banyak pengetahuan modern hari ini—termasuk dasar ilmu komputer—sejatinya berasal dari pemikiran ilmuwan Muslim. “Sayangnya, referensi kita hilang, dan kemajuan itu diklaim oleh Barat,” tambah dosen ITS tersebut.
Karena itu, ia menilai LTN NU memiliki peran amat strategis. Melalui literasi yang dirajut dan digitalisasi yang diperkuat—seperti tema Rakorwil tahun ini—LTN bisa menjadi motor kebangkitan peradaban Islam Nusantara di era digital.

Ketua LTN PWNU Jatim, H. Helmy M. Noor, juga menegaskan bahwa dunia telah berubah dan NU tidak boleh berjalan di tempat. Ia menyampaikan pesan Ketua PWNU Jatim, KH Kikin A. Hakim Mahfudz (Gus Kikin), agar seluruh jajaran LTN memahami arah gerak zaman dan mengambil peran penting dalam membentuk wajah digital NU.
“Teman-teman LTN NU harus bisa menjadi juru bicara yang mampu memikat generasi Z dan Alpha. Kita harus bisa mengubah narasi lama menjadi energi baru. Jika tidak, NU akan kehilangan masa depannya,” ujarnya dengan nada penuh keyakinan.
Ia pun mengajak semua pengurus LTN NU di tingkat cabang untuk menjadi kreator, kurator, sekaligus kolaborator dalam memperkuat dakwah dan literasi digital NU.
“Setiap karya harus didigitalisasi dan dibagikan kepada publik. Literasi NU bukan milik eksklusif, tapi warisan bersama umat,” tegasnya.
Rakorwil ini juga memperkuat sinergi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Dalam sesi diskusi publik, hadir dua pemimpin perempuan inspiratif: Kepala Dinas Kominfo Sherlita Ratna Dewi Agustin dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Tiat S. Suwardi. Keduanya menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memajukan literasi dan akses informasi.
Wakil Ketua PWNU Jatim, Dr. H.A. Hakim Jayli, menutup diskusi dengan mengingatkan pentingnya menjadikan Qonun Asasi dan Khittah NU sebagai landasan gerak. “Empat prinsip Aswaja—tawasuth, i’tidal, tasamuh, dan tawazun—adalah nilai luhur yang harus terus dijaga di tengah disrupsi. Literasi adalah ladang amal, bukan panggung pencitraan,” katanya.

Dari pena ke dunia maya, dari manuskrip ke metadata, dari mimbar ke media sosial—LTN PWNU Jatim menapaki jalan panjang peradaban dengan keyakinan bahwa masa depan NU ada dalam genggaman generasi yang melek literasi dan kuat akar tradisinya. (*)
Editor: Bustomi dan Abdel Rafi



