
Jakarta, – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) sebentar lagi akan melaksanakan Kongres Persatuan pasca terjadinya dualisme yang membelah GMNI menjadi dua kubu di Kongres Ambon.
Atas hal akan terjadinya Kongres Persatuan, Kandidat Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GMNI mulai berseluyuran dimedia sosial yang dibagikan oleh pendukung maupun orang-orang yang sekedar menjadikannya bahan lelucon karena tidak menyukainya.
Salah satu kadidat Calon Ketua Umum DPP GMNI yang sering dibagikan di media sosial adalah Muh Ageng Dendy Setiawan, tetapi konfirmasi resmi tetang pencalonannya belum ia lakukan.
Secara kasat mata, pencalonan Dendy memang belum terdengar langsung dari Dendy-nya itu sendiri, bahkan DPD GMNI Jatim dan DPC GMNI Surabaya belum mengeluarkan stegment untuk mencalonkan Dendy sebagai Ketum.
Saat dikonfirmasi, Yunita salah satu Eksponen GMNI yang berada di Kubu Dendy, bertutur bahwa pamflet Dendy sebagai Caketum yang beredar berada diluar koordinasinya, dan bahkan selalu digoreng oleh Buzzer yang tidak suka kepadanya atas perintah tuannya dengan narasi yang menjatuhkan kredibititas.
“Sejauh ini belum ada penyataan secara resmi dari Dendy untuk menjadi Ketua Umum bila terjadi Kongres Persatuan di GMNI. Pamfet mengenai dirinya yang tersebar berada diluar koordinasinya. Ada pula Buzzer menggoreng itu dengan narasi negatif,” ujarnya dalam keterangan yang diterima redaksi media ini, Kamis (13/3/2025) sore.
Lanjutnya, untuk menjadi Caketum DPP GMNI, kata dia, semua kader GMNI se-Indonesia harus menunggu pernyataan resmi darinya dan perkembangannya.
“Untuk menjadi Ketum DPP GMNI, itu adalah amanah dari seluruh GMNI se-Indonesia. Untuk pencalonan Dendy kedepannya, kita lihat saja pekembangannya,” pungkasnya.
Disisi lain, beredar pula dimedia sosial pencolalonan Patra Dewa sebagai Kadidat Calon Ketua Umum DPP GMNI yang didukung langsung oleh Imanuel Chayadi Karo Karo.

Dari informasi yang beredar, pencalonan Patra Dewa dengan posisi yang tidak akan menang melawan Dendy telah menjadi penghambat digelarnya Kongres Persatuaan di tubuh GMNI. Ini terlihat dari ditarik ulurnya Kongres oleh Imanuel itu sendiri, padahal Kubu Arjuna-Dendy telah siap untuk melaksanakan kongres.
Dengan tertundanya Kongres, Imanuel Chayadi sebagai sang master game terus berupaya dengan menghalalkan segala cara demi menenangkan Patra Dewa yang nantinya akan mengalahkan Dendy.
Salah satu upaya yang dilakukan Imanuel adalah mengasut cabang-cabang Arjuna-Dendy untuk memecah kosentrasi agar mau bergabung di kubu GMNI-nya dengan dalih bahwa kubu Arjuna-Dendy sudah tidak solid dan tak punya kukuh lagi untuk bertahan.
Ada dua cabang GMNI kubu Arjuna-Dendy yang terhasut dari upaya itu, yakni: DPC GMNI Polman di Sulbar dan DPC GMNI Mandailing Natal di Sumut.
Upaya lain, yang dilakukan Imanuel adalah memberikan intruksi untuk mengkareteker semua cabang Arjuna-Dendy di seluruh Indonesia. Hal ini terlungkap dari surat pengunduran diri Siti Nur Aulia sebagai Bendahara Umum.
Dari semua upaya yang dilakukan Imanuel demi memenangkan Patra Dewa, pada kenyataaan adalah sesuatu yang gagal secara nasional dan kerena kesolidtan di kalangan bawah yang membuat Arjuna maupun Dendy dan Pengurus lainnya sampai saat ini masih tetap menjalankan aktivitasnya sebagai DPP GMNI.
Dari analisis yang dilakukan oleh Rahmat Ardi, yang juga Eksponen GMNI yang senatiasa mendukungnya, sebenarnya dari upaya yang dilakukan Imanuel demi menenangkan Patra Dewa tercipta dari sebuah ketakukan akan kekalahan jika Kongres Persatuan dilaksanakan di bulan Februari 2025.
“Analisa dari aku, upaya Imanuel berangkat dari sebuah ketakutan kekalahan Patra Dewa yang didukungnya, maka dari itu, ia mengulur-ulur waktu dengan bekesempatan menghalalkan segala macam cara agar nantinya Bung Patra menang,” katanya, Selasa (11/3/2025).
Mengenai Kongres di GMNI, Ia juga melihat bahwa Imanuel telah mempermainkan kader-kader GMNI se-Indonesia dengan telah menentukan jadwal kongres ditanggal 25 Februari 2025 dan disebarluaskan, tetapi pada kenyataaannya diganti dengan Pra Kongres untuk menyelenggarakan KTD dan KTM se-Indonesia.
“Penentuan jadwal kongres ditanggal 25 Februari 2025 yang berubah menjadi Pra Kongres merupakan bentuk ketidak-konsistensi yang dibuat Imanuel dengan pemikiran yang berubah-ubah padahal itu telah kami publikasi. Dengan itu kami merasa dipermainkan,” tambahnya.
Sebagai informasi, Muh. Ageng Dendy Setiawan berasal dari DPC GMNI Surabaya, sementara Patra Dewa berasal dari DPC GMNI Bandung.
(rils/rafel)



