
Surabaya, – Pemimpin Partai Buruh Keir Starmer resmi menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris per Jumat (5/7/2024).
“Sudah jelas bagi semua orang bahwa negara kita memerlukan perubahan yang lebih besar,” ujar Keir Starmer di Downing Street dalam pidato kemenangannya Jumat (5/7/2024).
Ada banyak PR besar menanti Keir Starmer dan kabinet pemerintahannya yang akan segera dia bentuk untuk membawa Inggris dari situasi saat ini.
Yang menarik dalam Pemilu Inggris kali ini adalah raihan kursi setidaknya sebanyak 412 kursi dari total 650 kursi di Parlemen Inggris, kekuatan sekitar 60% kursi Parlemen itu begitu mengejutkan mengingat selaman 14 tahun, Pemerintahan Inggris dikuasai oleh Partai Konservatif. Namun, publik Inggris kini memilih jalan perubahan.
Menurut pengamat hubungan internasional Universitas Brawijaya, Arief Setiawan, mengatakan bahwa kemenangan Keir Starmer dengan Partai Buruhnya diakibatkan kegagalan pemerintahan Partai Konservatif dalam sejumlah kebijakan di Inggris baik dalam dan luar negeri. Sehingga publik Inggris menunjukkan kekecewaannya tersebut dengan memberikan kepercayaan kepada Partai Buruh dibawah kepemimpinan Keir Starmer.
“Kemenangan Partai Buruh dalam Pemilu Inggris kali ini jelas bukan karena gerojokan bansos atau ada cawe-cawe keluarga Kerajaan. Kemenangannya ini akibat adanya kekecewaan mendalam rakyat Inggris terhadap kebijakan pemerintahan Partai Konservatif yang dinilai gagal dalam memberikan layanan publik, instabilitas politik, dan menahan laju biaya hidup selama ini,” ujar Arief saat dihubungi media ini, Sabtu (6/7/2024).
Selain itu, lanjut Arief, kemenangan Partai Buruh juga disebabkan oleh sikap pemerintahan Partai Konservatif dalam menyikapi isu-isu global, terutama konflik Palestina-Israel.

“Pemerintahan Partai Konservatif serta-merta mendukung apa pun yang dilakukan Israel meskipun tindakan mereka bisa dikategorikan sebagai the most serious crime,” tegas Arief menambahkan.
Diprediksi Akan Ubah Lanskap Politik Luar Negeri Inggris Ke Depannya
Karena itu, ke depan alumnus Hubungan Internasional Universitas Airlangga itu memprediksi kebijakan luar negeri Inggris ke depannya akan lebih soft dibandingkan sebelumnya.
“Kemenangan Partai Buruh ini akan mengubah kebijakan Inggris dalam konflik Palestina-Israel. Hal ini merupakan angin segar dalam usaha menciptakan perdamaian di sana,” ujarnya yakin.
“Selain itu, dukungan terhadap International Criminal Court untuk menangkap orang-orang yang diduga harus bertanggung jawab dalam genosida di Gaza akan semakin menguat dengan kemenangan ini,” pungkas Arief.
Apakah lanskap politik dalam negeri dan luar negeri Inggris di era pemerintahan Keir Starmer mampu membawa perubahan signifikan dibandingkan pendahulunya, Rishi Sunak? Kita nantikan bersama.
(tommy/rafel)



