Tuesday, May 7, 2024
HomeInternasionalSoal Manfaat KTT G20, Pakar HI: Tak Bisa Instan!

Soal Manfaat KTT G20, Pakar HI: Tak Bisa Instan!

Radityo: Tetap Harus Diapresiasi

Presiden Joko Widodo dan Menteri Luar Negeri Retno L Marsudi dengan latar panggung acara KTT G20 Bali. Pakar Hubungan Internasional mengatakan manfaat KTT G20 bagi Indonesia memang tidak bisa instan. (foto: setpres)

SURABAYA – Presidensi G20 telah sukses diselenggarakan pekan lalu di Bali. Forum itu sukses mendatangkan puluhan pemimpin negara besar di dunia. Lalu, apakah Presidensi G20 tersebut mampu membawa dampak signifikan untuk perkembangan kemajuan dunia?

Terkait hal tersebut, pakar Hubungan Internasional Radityo Dharmaputra, S.Hub.Int., M.Hub.Int., RCEES IntM., MA mengatakan Indonesia merupakan negara berkembang, namun sudah dipercaya menjadi tuan rumah G20. Hal itu dikarenakan Indonesia memiliki potensi besar dan secara politik punya pengaruh yang besar pula.

“G20 semacam kelompok negara elit, pihak dalam G20 yang kualifikasi dari banyak aspek negara mana yang berhak bergabung,” ujarnya pada media ini, Sabtu (26/11/2022)

Masuknya Indonesia di kelompok elit tersebut, kata Radityo, juga mengorbankan beberapa hal yang terjadi di negara ini. Melihat anggaran dari G20 yang tidak sedikit, ditambah saat ini Indonesia tengah bangkit dari pandemi Covid-19.

“Memang tergabungnya Indonesia di forum G20 menciptakan iklim investasi yang baik. Namun, dampak yang dirasa tidak langsung instan, menunggu proyeksi beberapa tahun ke depan,” imbuh dosen FISIP Unair Surabaya itu.

Radityo menyampaikan, fokus pembahasan G20 adalah isu ekonomi. Namun, akhir akhir ini isu perang Rusia-Ukraina belum menunjukkan perdamaian sehingga para anggota G20 susah untuk mengupayakan. Sebab, belum ada kekuatan dan komitmen antar sekretariat untuk mengikat anggotanya.

Perlu diketahui, negara Ukraina bukan anggota forum G20. Melainkan diundang oleh Presiden Jokowi. Namun, presiden Ukraina Volodymyr Zelensky absen datang karena kendala negara yang masih diinvasi oleh Rusia. Kemudian, Radityo juga menyoroti absennya Putin yang diwakilkan oleh Perdana Menteri Rusia. Pasalnya, forum G20 ini dihadiri para pemimpin negara yang seharusnya lebih diprioritaskan.

Radityo menegaskan, ketidakhadiran Putin pada forum tersebut justru tidak merugikan Indonesia sebagai tuan rumah. Melainkan pada forum tersebut tidak perlu merasakan situasi tidak enak yang dirasakan Putin saat melakukan agresi pada negara Ukraina. Ditambah, dari beberapa presiden yang tidak sepakat akan kebijakan Putin menginvasi Ukraina. Hal ini mempermudah pengaturan acara tanpa terjadi konflik.

Selain itu, ketidakhadiran Putin tidak menjadi penghalang keberhasilan forum G20. Sepanjang sejarah, presidensi G20 Indonesia sukses menghasilkan pertama G20 Bali Leader’s Declaration serta concrete deliverables yang berisi daftar proyek kerja sama negara anggota G20. Namun, menurut  Radityo, ide upaya yang dilakukan Jokowi dalam memperdamaikan dua negara Rusia-Ukraina masih belum tercapai dan bukan menjadi masalah yang besar.

Ramainya gelar Bapak Perdamaian Internasional yang ditujukan ke Presiden Jokowi dinilai Radityo terlalu berlebihan. Sebab, Presiden Jokowi belum mencapai upaya tersebut. Namun, di sisi lain ia mengapresiasi Jokowi sebagai pemimpin Asia pertama yang berhasil mengunjungi Rusia dan Ukraina dan menunjukkan kepeduliannya terhadap isu kemanusiaan.

“Saya salah satu orang yang skeptis dari awal. Tidak mungkin perdamaian Rusia-Ukraina tercapai dari G20 saja,”  tutur Radityo.

Meski demikian, ide baru Jokowi yang berusaha menjadi jembatan perdamaian antara Rusia-Ukraina patut dihargai. Menurut Radityo, forum G20 dapat menjadi jalan pembuka Indonesia yang dipercaya sebagai tuan rumah dan menghasilkan investasi baru untuk pembangunan berkelanjutan.

(bus/pkip/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular