Saturday, May 4, 2024
HomeSudut PandangPerspektif Migas Dianggap Industri Diambang Senja; Persaingan Gasoline, Batubara dan Battery Store...

Perspektif Migas Dianggap Industri Diambang Senja; Persaingan Gasoline, Batubara dan Battery Store (Part 2)

Dalam tulisan sebelumnya kita sudah membahas bagaimana minyak (rock oil) ditemukan, dimanfaatkan dan didirikannya perusahaan Standard Oil (SO) oleh John D. Rockefeller. Menarik untuk diketahui kalau singkatan SO dieja, akan berbunyi ESSO, yang merupakan nama perusahaan yang masih beroperasi di banyak negara di luar Amerika Serikat (AS).

Dominasi kerosene dalam mengubah gaya hidup orang AS sangat terasa sampai ke desa-desa. Dulu setelah terbenam matahari tidak banyak kegiatan yang dapat dilakukan, tapi hadirnya lampu teplok berbahan bakar kerosene membuat masyarakat punya waktu untuk membaca di malam hari dan pergi ke tempat hiburan.

Sejalan dengan perubahan gaya hidup, di sekitar tahun 1880an SO sudah menguasai lebih dari 80% refinery dan marketing dari kerosene. Dominasi dan monopoli ini yang dikemudian hari memaksa SO untuk pecah menjadi beberapa perusahaan yang lebih kecil.

Kekhawatiran SO bahwa suatu saat cadangan minyak akan berkurang dan teknologi baru akan menggantikan lampu teplok akhirnya terjadi. Pada tahun 1897, Thomas Alva Edison berhasil menemukan bola lampu yang dialiri listrik sehingga bisa digunakan untuk penerangan. Inilah awal pertama kita mengenal istilah sunset industry atau industri diambang senja untuk bidang perminyakan.

Teknologi baru sudah tiba. Banyak orang terpesona dan ingin beralih ke teknologi bola lampu karena lebih bersih dan jauh dari resiko kebakaran dan meledak. Perkembangan yang begitu masif menjalar sampai ke Eropa. London dan Berlin menjadi kota-kota pertama yang menggunakan listrik dan bola lampu sebagai penerang kota.

Yang paling mengkhawatirkan bagi SO dari sisi bisnis setelah ditemukannya bola lampu adalah, bagaimana dengan aset yang berupa fasilitas produksi, refinery, storage, pipeline dan distribution center yang sudah dibangun dengan biaya besar. Aset ini kalau tidak terpakai tentu akan membangkrutkan SO.

Bagi Thomas Alva Edison penemuan bola lampu bukan dimaksudkan untuk menghancurkan bisnis SO dan industri perminyakan. Tapi lebih kepada menjalankan riset dan pengembangan teknologi untuk dunia yang lebih baik. Bagi beliau riset bukanlah sebuah hobi tapi adalah bisnis sehingga setiap invention yang beliau lakukan akan berorientasi pada kebutuhan pasar. Komersialisasi hasil riset menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian proses technology development.

Sebagai tambahan informasi, selain bola lampu Thomas Alva Edison juga menemukan battery storage. Wah, ini juga menarik untuk dibahas karena battery dan kendaraan listrik menjadi penantang utama industri perminyakan pada abad 21 ini. Sementara pada abad 20 penantang utamanya adalah bola lampu.

Apa yang terjadi dengan SO setelah ditemukannya bola lampu? Kerosene makin lama makin berkurang penggunaannya, sementara gas bumi lebih banyak digunakan untuk pemanas dan memasak.

Apakah inventor-inventor Amerika akan tinggal diam dalam melihat peluang pemanfaatan infrastruktur industri perminyakan yang sudah terbangun? Tentu saja tidak. Chief Engineer dari Edison Illuminating Company di Detroit, Michigan mengundurkan diri dari perusahaannya. Nama dari Chief Engineer itu adalah Henry Ford yang membuat mobil Ford pada tahun 1896.

Ini adalah awal dari industri otomotif di AS yang berbasis motor bakar atau internal combustion engine (ICE). Motor bakar ini tidak menggunakan kerosene tapi gasoline (bensin) yang selama ini tidak termanfaatkan dengan baik. Gasoline yang tidak bernilai sekarang menjadi produk utama dari kilang dan harganya menjadi tinggi.

Selain gasoline, produk-produk hasil kilang yang lain seperti fuel oil digunakan untuk memanaskan boiler di pabrik-pabrik, kereta api dan kapal laut. Peran batubara makin lama makin berkurang terutama untuk perkapalan dan kereta api. Pada abad 21 kita sudah tidak menemui lagi kapal dan kereta api yang berbahan bakar batubara. Kapal Titanic termasuk yang berbahan bakar batubara.

Kalau kita cermati lebih dalam, penantang utama batubara pada awal abad 20 adalah fuel oil dan diesel terutama untuk kereta api dan kapal sementara untuk abad 21 malah sebaliknya. Penantang fuel oil adalah batubaru terutama untuk pembangkit listrik dimana batubara jauh lebih murah daripada fuel oil.

Fakta ini menunjukkan bahwa persaingan antara gasoline, gasoil (diesel), batubara dan battery storage sesungguhnya sudah berlangsung sejak awal abad 20. Kalau persaingan itu muncul kembali pada abad 21, terutama terkait dengan isu lingkungan yang perlu mendapat perhatian, maka itu adalah sebuah keniscayaan.

Dengan hiruk pikuk yang terjadi di AS dan dengan segala persaingan yang terjadi, bagaimana dengan Eropa dan belahan dunia lainnya? Bagaimana peran Shell dan Indonesia dalam percaturan industri migas pada awal abad 20? Bagaimana kelanjutan dominasi SO yang belum sempat kita bahas? Tunggu tulisan selanjutnya. Insyaa Allah.

ARCANDRA TAHAR

Mantan Menteri ESDM

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular