
JAKARTA, CAKRAWARTA.com – Data terbaru Kementerian Kesehatan mengungkap fakta mencengangkan: lebih dari dua juta anak Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental. Jumlah itu setara dengan sekitar 10% dari total 20 juta jiwa yang mengikuti layanan pemeriksaan kesehatan jiwa gratis dari Kemenkes.
Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher, menilai temuan tersebut sebagai alarm darurat sosial yang tak boleh diabaikan.
“Angka ini bukan sekadar data statistik, tetapi sinyal darurat sosial yang harus kita tanggapi bersama. Anak-anak yang mengalami tekanan mental adalah generasi masa depan bangsa. Jika tidak segera ditangani, kita berisiko kehilangan potensi besar mereka,” tegas Netty di Jakarta, Jumat (31/10/2025).
Netty mengapresiasi langkah Kemenkes yang telah membuka data dan menyediakan layanan konseling daring untuk mempermudah masyarakat mengakses bantuan psikologis secara cepat dan anonim. Namun, ia menilai langkah tersebut masih perlu diperkuat agar lebih sistematis, berkelanjutan, dan merata hingga pelosok daerah.
“Layanan daring sangat membantu, tetapi belum semua anak memiliki akses internet. Pemerintah perlu memperkuat layanan konseling di sekolah, puskesmas, dan komunitas agar lebih inklusif,” ujar politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Selain memperluas jangkauan layanan, Netty juga mendorong Kemenkes untuk lebih transparan menjelaskan cakupan dan validitas data yang dirilis agar publik memahami konteksnya secara utuh.

“Transparansi data akan membantu publik melihat persoalan ini dengan lebih tepat. Penjelasan tentang metode, cakupan, dan validitas data sangat penting. Bukan untuk meragukan hasil, tetapi agar kita bisa bersama-sama menentukan langkah intervensi yang paling efektif,” tambahnya.
Netty menekankan bahwa penanganan gangguan mental pada anak tak cukup dengan pendekatan medis semata. Diperlukan dukungan sosial, pendidikan, dan penguatan ketahanan keluarga sebagai benteng utama kesehatan jiwa anak.
“Anak-anak sekarang hidup di era tekanan digital dan ekspektasi sosial yang tinggi. Karena itu, kita perlu membangun budaya komunikasi yang hangat di keluarga dan sekolah, agar anak merasa aman untuk bercerita dan meminta bantuan,” jelasnya.
Ia menutup dengan ajakan agar pemerintah lebih serius memperkuat ketahanan keluarga sebagai fondasi utama dalam menghadapi krisis mental generasi muda.
“Keluarga yang kuat baik secara fisik, ekonomi, sosial-budaya, maupun psikologis-spiritual adalah bagian dari solusi menghadapi gangguan kesehatan mental pada anak dan remaja,” pungkas Netty.(*)
Kontributor: Ali Hasibuan
Editor: Abdel Rafi





