Surabaya, – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur aktif melaksanakan tugasnya dengan melibatkan kelompok-kelompok dan organisasi moderat. Hal itu dilakukan khususnya dalam pelaksanaan Survei Indeks Potensi Radikalisme (IPR). Lebih dari itu, FKPT Jatim juga melibatkan masyarakat secara umum untuk Survei Indeks Risiko Terorisme (IRT).
“Kami melibatkan tokoh-tokoh ormas Islam terkemuka seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, bahkan juga tokoh-tokoh pers di setiap daerah kabupaten/kota,” kata Ketua FKPT Jatim, Prof. Dr. Hj. Hesti Armiwulan.
Ia mengungkapkan hal itu dalam kegiatan “FKPT Jatim’s Zoom Meeting: Coaching Enumerator Indeks Risiko Terorisme (IRT) dan Indeks Potensi Radikalisme (IPR) FKPT Jawa Timur” di Ruang Meeting Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, pada Rabu (17/7/2024).
Pada saat pembukaan dihadiri jajaran pengurus FKPT Jatim, juga dihadiri Dekan Fakultas Tarbiyah UINSA Prof. Dr. H. Muhammad Thohir, S.Ag., M.Pd,, serta sejumlah enumerator IRT dan enumerator IPR.
Dari jajaran FKPT, selain Hesti Armiwulan juga Prof. Dr. Husniyatus Salamah Zaidiyah (Bendara FKPT), Dra. Hj. Faridatul Hanum (Kabid Perempuan dan Anak), Dr. Muhammad Fahmi (Kabid Penelitian) dan Riadi Ngasiran (Kabid Media Hukum & Humas) serta Ahmad Nur Muhaimin, SUd (asisten peneliti FKPT Jatim).
Dalam Survei IPR dan IRT, lanjutnya, respondennya adalah masyarakat umum yang sudah diklasifikasikan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan metode yang sudah diklasifikasikan dengan cermat dan teliti.
Pelaksanaan diharapkan bisa menjadi parameter bagi ikhtiar untuk mengatasi masalah radikalisme dan intoleransi. IRT dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh ormas keagamaan, tokoh pers dan aparat di setiap kabupaten/kota yang menjadi sasaran survei.
Dijelaskan Muhammad Fahmi, Coaching ini dilakukan secara hybrid. Bagi enumerator yang ada di lokasi Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, hadir di UINSA.
“Sedangkan enumerator yang ada di luar kota/kabupaten tersebut mengikuti acara secara daring (link zoom menyusul menjelang acara, red.), ” tuturnya.
Menurut Hesti Armiwulan, perkembangan isu terkini ancaman radikalisme berkembang dinamis, pada permukaan terjadi penurunan 100%, sehingga dapat dikatakan 0 serangan dari 2023 sampai Juli 2024.
“Ini menunjukkan fenomena yang bagus, terjadi penurunan bukan berarti terjadi penurunan ancaman atau indeks intoleransi radikalisme terorisme,” tegasnya.
Sebelumnya, FKPT Jatim sedang menjajaki kerjasama untuk berdirinya Kampus Kebangsaan. Hal itu dimaksudkan dalam rangka pencegahan paham radikalisme dan terorisme di lingkungan kampus dan mahasiswa.
“Sejauh ini, BNPT bersama FKPT Jatim tidak dapat bergerak sendiri. Tapi melibatkan lima komponen pertama pemerintah daerah, kedua dengan masyarakat seperti yang saat ini dengan seluruh lapisan masyarakat, baik akademisi ataupun masyarakat biasa, ketiganya yang itu dengan pengusaha, dan akademisi,” paparnya.
“Di UINSA sendiri dan sejumlah kampus lainnya, menjadi partner sebelum diadakan pendirian kampus kebangsaan. Selain itu ada jalinan kerja sama dengan media baik literasi digital dan lainnya,” imbuhnya.
Berdasarkan penelitian BNPT pada tahun 2023, potensi radikal menunjukkan peningkatan sebesar 1,7% dibanding dengan 2022. Dimensi pemahaman yang merupakan Indeks Potensi Radikalisme lebih tinggi pada perempuan, kemudian remaja dan anak-anak gen Z dominan, dan netizen yang aktif menyebarkan konten keagamaan.
“Tren toleransi di remaja alami peningkatan dari 61,6% menjadi 70,2% tingkat toleransinya,” pungkasnya.
(pary/rafel)