
SURABAYA, CAKRAWARTA.com – Ribuan jamaah Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) larut dalam suasana duka saat melaksanakan Shalat Ghaib untuk para korban musibah ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, seusai Shalat Jumat, hari ini, (3/10/2025).
Sejak pagi, pengumuman Shalat Ghaib sudah disampaikan melalui media sosial dan videotron masjid. Jamaah pun memadati area MAS untuk bersama-sama mengirimkan doa. “Kami ingin mendoakan para korban, sekaligus menyampaikan bela sungkawa yang mendalam,” ujar Humas MAS, H. Helmy M Noor.
Hingga Jumat pagi, Basarnas melaporkan tujuh santri meninggal dunia. Dua di antaranya ditemukan di area tempat wudhu sekitar pukul 07.30 dan 07.36 WIB. Total korban tercatat sebanyak 110 orang, terdiri atas pasien rawat inap (24 orang), pasien keluar rumah sakit (79 orang), serta tujuh korban jiwa. Sementara itu, masih ada 57 orang yang dalam pencarian.
Di tengah duka yang menyelimuti, Imam Besar MAS, Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA, menyampaikan pesan menyejukkan. Menurutnya, para santri yang wafat dalam musibah ini termasuk golongan Syuhada Akhirat.
“Syuhada Akhirat adalah mereka yang meninggal bukan dalam perang, tapi tetap mendapat kedudukan mulia. Termasuk wafat karena reruntuhan bangunan, wafat ketika menuntut ilmu, atau karena sakit,” jelas Guru Besar Fiqih UINSA Surabaya itu.
Ahmad Zahro menegaskan, meski musibah ini menyedihkan, umat Islam perlu melihatnya dari sisi keimanan. “Tujuh santri itu insya Allah syahid, karena wafat saat belajar agama dan tertimpa reruntuhan. Ini berita gembira bagi mereka, meski tentu pahit bagi keluarga yang ditinggalkan,” tambahnya.
Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang itu juga mengingatkan tentang jalan menuju surga. Menurutnya, ada yang masuk surga dengan hisab berat, ada yang dengan hisab ringan, dan ada pula yang masuk tanpa hisab sama sekali. “Modal utamanya adalah akidah yang lurus dan amal saleh. Jika pahala lebih banyak dari dosa, Allah akan mengampuni. Musibah ini harus kita maknai dengan sabar dan tawakal,” ungkapnya.
Suasana haru menyelimuti pelataran Masjid Al-Akbar. Doa yang dipanjatkan ribuan jamaah seakan menjadi pelukan hangat untuk keluarga para korban. Di tengah duka, ada keyakinan yang terus dijaga: bahwa mereka yang wafat dalam jalan ilmu dan iman, tidak pernah benar-benar pergi. (*)
Kontributor: Edy
Editor: Abdel Rafi