SURABAYA – Penggunaan pewangi ruangan semakin marak dijumpai di mana-mana meski mengandung senyawa kimia yang berbahaya. Potensi bahaya dari pewangi ruangan tampaknya masih luput dari perhatian pemerintah. Belum banyak penelitian di dalam negeri yang menguak pengaruh jangka panjang pewangi ruangan di Indonesia terhadap kesehatan.
Pakar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi dr. Arief Bakhtiar, SpP(K) FAPSR, memaparkan hasil sebuah penelitian yang menggunakan tikus sebagai objek. Hasilnya, paparan pewangi ruangan dalam jangka panjang dapat menyebabkan perubahan negatif pada jaringan saluran napas, khususnya pada selaput lendir.
“Paparan pewangi ruangan menghasilkan dampak negatif pada perubahan jaringan saluran napas, terutama pada selaput lendir. Dampak paparan pewangi ruangan cair pada perubahan histologi selaput lendir hidung lebih parah jika dibandingkan dengan paparan pewangi ruangan dalam bentuk gel,” katanya pada media ini.
“Sementara itu, paparan pewangi ruangan gel memiliki dampak yang lebih buruk terhadap perubahan histologi jaringan paru jika dibandingkan dengan paparan pewangi ruangan cair,” imbuhnya.
Arief juga mengutip Multiple Chemical Sensitivity (MCS) tahun 2005 yang menyebutkan bahwa pengharum ruangan dapat bekerja melalui beberapa cara. Termasuk melemahkan kemampuan saraf pembau, melapisi hidung dengan zat berminyak tak terdeteksi, menutupi bau dengan aroma lain, dan mengubah komposisi bau yang tidak menyenangkan.
Arief menjelaskan prinsip dasar dari pewangi ruangan adalah ketika bahan kimia di dalamnya berinteraksi dengan saluran napas. Itu akan menimbulkan respons peradangan atau inflamasi.
“Prinsip dasar pewangi ruangan Ketika berinteraksi dengan saluran napas, maka akan menimbulkan respons peradangan atau inflamasi yang jika berlangsung secara lama dan terus menerus maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik. Pajanan bahan kimia pada sistem pernapasan akan menyebabkan iritasi, peradangan, bronkokonstriksi, dan sensitisasi,” katanya.
“Penelitian lain di luar negeri melaporkan, bahwa pajanan wewangian dapat menyebabkan beberapa individu sensitif mengalami episode asma dan dampak kesehatan yang merugikan lainnya,” tambahnya.
Untuk mengurangi resiko dampak negatif pewangi ruangan, dr. Arief menyarankan beberapa langkah pencegahan. Misalnya, dengan mengurangi penggunaan pewangi buatan, terutama yang berbentuk aerosol.
“Bisa juga dengan menghentikan penggunaan jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala seperti batuk-batuk, sesak nafas, atau iritasi kulit dan mata atau lebih baik memilih pewangi ruangan alami,” pungkas dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.
(Rosali/Fenoria/Rafel)