Friday, March 29, 2024
HomeGagasanTantangan Pariwisata Indonesia di Era Jokowi Jilid II

Tantangan Pariwisata Indonesia di Era Jokowi Jilid II

 

Sejak dimasa periode pertama kekuasaannya Presiden Jokowi telah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor prioritas, yang diharapkan mampu sebagai penyumbang terbesar bagi devisa negara. Tidak heran jika Menteri Pariwisata Arief Yahya di dalam setiap kesempatan menjelaskan bahwa salah satu pertimbangan utama kenapa Pariwisata menjadi leading sektor program pembangunan Indonesia adalah dikarenakan merupakan industri yang paling sustainable, paling menyentuh ke level bawah masyarakat dan performanya tiap tahun selalu menanjak.

Di periode pertama Jokowi ini kitapun bisa melihat bagaimana Pariwisata Indonesia dihadapkan pada banyak tantangan , mulai dari musibah bencana alam tiada henti yang melanda destinasi–destinasi pariwisata, pergolakan politik, issue keamanan, lingkungan, tidak siapnya destinasi hingga faktor sumber daya manusia yang perlu untuk terus ditingkatkan.

Tulisan ini diturunkan dengan tujuan untuk mencoba memberikan gambaran secara singkat tentang apa yang kira–kira akan menjadi tantangan Pariwisata Indonesia di era pemerintahan Jokowi Jilid II .

Pariwisata Indonesia di Peta Persaingan Pariwisata Dunia

Kita harus berbangga bahwa ternyata dalam perkembangannya saat ini Pariwisata Indonesia sudah tidak bisa dipandang sebelah mata lagi oleh negara–negara manapun di dunia. Indonesia dengan pariwisata telah hadir sebagai Negara yang memiliki daya saing yang tinggi, hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya pengakuan dari lembaga–lembaga internasional yang kredibilitasnya tidak perlu disangsikan lagi, sebut saja, World Travel & Tourism Council (WTTC), menurut lembaga ini pariwisata Indonesia melesat di posisi kesembilan dunia, dan nomor tiga di Asia, serta berada di peringkat teratas di kawasan Asia Tenggara. Lalu Telegraph, media terkemuka dari Inggris ini mencatat Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat, Bahkan Telegraph menilai pertumbuhan pariwisata Indonesia empat kali lebih tinggi dibanding pertumbuhan regional dan global, hal ini kemudian dikuatkan dengan Pertumbuhan pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencapai 25,68 persen, sedangkan industri plesiran di kawasan ASEAN hanya tumbuh 7 persen dan di dunia hanya 6 persen. Indeks daya saing pariwisata Indonesia menurut World Economy Forum (WEF) juga menunjukkan perkembangan menggembirakan. WEF menyatakan bahwa peringkat Indonesia naik delapan poin dari 50 di 2015 menuju ke peringkat 42 pada 2017.

Tidak cukup disitu, oleh GMTI (Global Muslim Travel Index) Indonesia dinobatkan sebagai negara yang menduduki peringkat pertama wisata halal dunia versi GMTI 2019, bersanding dengan Malaysia.

Lalu bagaimana dengan tingkat kunjungan Wisatawan ke Indonesia?

Jika kita melihat data yang disampaikan Kemenpar RI, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) naik siginifikan dari 2015-2017. Pada 2015 sebanyak 9,7 juta, lalu 2016 menjadi 11,5 juta dan 2017 sebanyak 14 juta. Pertumbuhan total kunjungan wisman Indonesia tahun 2017 sebesar 22 persen atau lebih tinggi daripada regional ASEAN (7 persen) dan dunia (6,4 persen). Sampai Agustus 2018, jumlah wisman tercatat mencapai 10,58 juta dari 17 juta yang ditargetkan. Sedangkan untuk wisatawan nusantara angkanya terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2015 sebanyak 255 juta, tahun 2016 berkembang lagi menjadi 264 juta dan tahun 2017 meningkat lagi menjadi 271 juta. Sementara itu, sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak 2015 yang dari USD 12,2 miliar menjadi USD 13,6 miliar pada 2016 dan satu tahun berikutnya naik lagi menjadi USD 15 miliar. Sementara, tahun ini ditargetkan meraup devisa USD 17 miliar dan USD 20 miliar di 2020.

Issue dan Tantangan Pariwisata Indonesia

Jika kita Mengutip apa yang disampaikan baru–baru ini oleh KEIN (Komite Ekonomi dan Industri Nasional) melalui Ketua Pokja Industri Pariwisata Nasional, Dony Oskaria yang mengatakan, bahwa tingkat kunjungan yang terus meningkat kurang berkorelasi positif dengan nilai belanja wisatawan asing (spending) yang justru terus turun, dari angka USD 1300-an merosot ke angka USD 1000-an per visit. Artinya ada penurunan kualitas kunjungan.

Penurunan kualitas kunjungan ini tentunya dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti misalnya, pelayanan dan fasilitas di destinasi yang belum maksimal, atraksi wisata yang masih itu-itu saja, paket tour yang masih monoton alias kurang kreatif, dan kurang massif dan kreatifnya promosi pariwisata yang dilakukan.

Jadi salah satu Tantangan terbesar dari Pariwisata Indonesia di masa depan adalah bagaimana kuantitas kunjungan wisatawan bisa berbanding lurus dengan kualitas dari nilai spending disaat para wisatawan tersebut berlibur di destinasi–destinasi pariwisata di Indonesia, dalam mencari solusi ini dibutuhkan kebijakan-kebijakan yang progressif untuk dirumuskan bersama oleh para stakeholder yang berada dalam ekosistem nasional pariwisata sehingga mampu menjadikan pariwisata Indonesia adalah solusi kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.

Revitalisasi Kementerian Pariwisata

Kemajuan pariwisata secara nasional tidak bisa terlepas dari komitmen dan peran strategis Presiden dan para pembantunya, terutama dalam hal ini Menteri Pariwisata beserta jajarannya.

Di era Pemerintahan Jokowi, kebijakan menciptakan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (10 Bali Baru) adalah hal yang patut untuk diapresiasi, hal ini menjadikan pembangunan pariwisata adalah program utama pembangunan nasional sehingga di dalam menyukseskannya tidak saja menjadi tanggung jawab Menteri Pariwisata tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh kementerian dan institusi terkait mulai dari pusat hingga daerah.

Jika Presiden Jokowi di periode ke-2 kepemimpinannya memang ingin tetap berkomitmen menjadikan Sektor Pariwisata sebagai sektor utama dalam penerimaan devisa negara, maka selain harus memilih Menteri Pariwisata yang mumpuni juga harus mulai mempertimbangkan langkah merevitalisasi Kementerian Pariwisata untuk tidak lagi menjadi institusi kementerian klas 3, dimana dalam ruang lingkup kewenangan dan anggarannya selama ini sangat terbatas, sehingga Menteri Pariwisata yang terpilih nantinya bisa Full Power dalam bekerja.

Kesimpulan

Pariwisata dalam implementasi kebijakannya tidak bisa terlepas dari good will pemerintahan, good will ini akan mendorong terciptanya kebijakan-kebijakan yang produktif. Pariwisata Indonesia jika ingin lebih maju lagi di era Jokowi Jilid II harus bisa memastikan grand design strateginya mampu menggerakkan ekonomi rakyat yang berujung pada peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Kementerian Pariwisata sebagai eksekutor program–program pariwisata nasional diharapkan mampu untuk lebih kreatif dan inovatif didalam melakukan terobosan-terobosan untuk mengatasi kelesuan pariwisata di banyak daerah wisata yang terdampak bencana.

Pembangunan pariwisata tidak hanya bicara tentang infrastruktur dan investasi, melainkan membutuhkan passion di dalam mengembangkannya , disana ada kerjasama antar semua elemen masyarakat , pariwisata yang berkelanjutan, inilah konsep inkulisivitas dalam pariwisata yang diharapkan dapat menjadi narasi yang menyatukan di dalam memajukan pariwisata Indonesia di masa depan.

Selamat Bekerja Bapak Presiden Jokowi, Maju Terus Pariwisata Indonesia!

 

TAUFAN RAHMADI

Pegiat Pariwisata Indonesia

RELATED ARTICLES

Most Popular