Tulisan Dahlan Iskan, ternyata merupakan hasil penelitian dan/atau studi yang serius pertama tentang topik “Tadulako” dari seorang Putra Indonesia yang kebetulan berasal dari suku Madura, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Kostrad, yaitu Mayjen TNI Farid Makruf, M.A.
“Tadulako” adalah prinsip hidup di Sulawesi Tengah, yaitu pada Suku Kaili, yang bermakna: punya jiwa pejuang, jiwa pemimpin yang harus terdepan dalam menjadi panutan dan jiwa kepahlawanan.
Dr. Huub de Jonge, seorang pakar tentang masyarakat dan kebudayaan Madura dari Institute for Cultural and Social Anthropology, University of Nijmegen, The Netherlands., mengatakan; “Pasca jatuhnya rezim Orde Baru, sebagian besar peneliti sibuk dengan menyelidiki kekerasan politik, seperti kekerasan negara terhadap warga negara, pertentangan atau konflik antar kelompok etnis atau golongan/agama, dan gerakan separatis yang militan”.
Dengan demikian, penelitian terhadap nilai-nilai kemasyarakatan, kemanusiaan, kejuangan, dan kepahlawanan yang dapat dijadikan landasan dalam membentuk karakter anak bangsa jarang dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mayjen TNI Farid Makruf, M.A. tersebut dapat dijadikan sebagai bukti secara ilmiah terhadap pernyataan Huub de Jonge tersebut. Penelitian yang dilakukan itu merupakan penelitian lapangan, yaitu studi etnografis yang secara ilmiah mengakaji tentang “Tadulako”.
Menarik sekali judul artikel yang ditulis oleh Dahlan Iskan tersebut, yaitu “Madura Kaili”. Sebab, setelah saya membaca kembali, hasil penelitian saya ketika studi di S-2 IKIP Malang tahun 1991-1993 (sekarang Universitas Negeri Malang), yang berjudul: “Analisis Pelambangan (Simbol) dalam Budaya Madura…” ternyata terdapat beberapa kesamaan antara “Tadulako” dan prinsip hidup orang Madura; “Abantal ombak asapok angin” (terjemahan bebasnya: Berbantal ombak berselimut angin). Yaitu sebuah prinsip hidup orang-orang Madura pada umumnya yang tidak kenal menyerah dan pantang mundur dalam mencapai tujuan hidup yang diinginkan. Seorang satrawan dan budayaran Madura, yg berasal dari Batang-batang Sumenep Madura, K.H. D. Zawawi Imron, melukiskan daya juang dan semangat orang-orang Madura tersebut dalam puisi yang sangat indah yang berjudul “Pelaut Muda”, sebagai berikut:
“olle ollang
mendesir angin segara
olle ollang
Madura hilang ditelan gulita
kepergiannya setiap kali
ninggalkan debur gelombang
di laut dada istrinya
seperti ia takkan kembali
kalau pun kembali
pasti berangkat ke laut lagi”
Selamat saya ucapkan kepada Mayjen TNI Farid Makruf, yang berhasil “mengaduk-aduk belantara dan langit Kaili” terkait nilai-nilai budaya Kaili yang sangat luar biasa, dengan pendekatan secara ilmiah lewat sebuah disertasi yang beliau tulis.
Semoga bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Utamanya, bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian untuk saat ini dan masa yang akan datang. Sukses selalu Jenderal, buatlah Madura dan Indonesia tersenyum melalui karya-karya emas berikutnya.
M. SINAL
Warga Madura di Politeknik Malang