Monday, April 29, 2024
HomeSains TeknologiKesehatanSoal Nyamuk Wolbachia, Guru Besar Unair: Masyarakat Tidak Perlu Khawatir!

Soal Nyamuk Wolbachia, Guru Besar Unair: Masyarakat Tidak Perlu Khawatir!

ilustrasi nyamuk. (foto: cdc)

SURABAYA – Keberadaan nyamuk Aedes aegypti menjadi permasalahan saat musim penghujan tiba. Nyamuk tersebut bisa membawa virus dengue yang berkaitan dengan penyakit demam berdarah. Berbagai upaya pemerintah lakukan untuk menekan angka kejadian demam berdarah. Salah satunya dengan cara menyebarkan nyamuk Wolbachia. Tapi sayang upaya ini menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.

Menurut Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Prof. Dr. Aryati, dr. MKes., SpPK(K)., mengatakan bahwa penelitian mengenai nyamuk Wolbachia telah melalui perjalanan panjang yakni sejak 2011.

“Saya telah bergabung menjadi bagian dari Tim Ahli Kajian Risiko Wolbachia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sejak 2016. Lalu pada 2017, pemerintah mulai melancarkan aksi Applying Wolbachia to Eliminate Dengue (AWED). Bahkan analisis soal respon masyarakat terkait nyamuk Wolbachia telah terpikirkan sejak lama,” ujarnya pada media ini.

Aryati menegaskan bahwa proses pemantauan terkait nyamuk Wolbachia masih tetap berlangsung hingga saat ini. “Selain Indonesia, ada negara lain yang telah menggunakan inovasi nyamuk ini seperti Australia, Brazil, Colombia, El Salvador, Sri Lanka, Honduras, Laos, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, New Caledonia, hingga Meksiko,” paparnya.

Wolbachia sendiri merupakan bakteri alami. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang secara alami ada pada serangga seperti kupu-kupu, lalat, dan lebah. Wolbachia merupakan salah satu teknologi biologis untuk pengendalian nyamuk demam berdarah.

“Tapi yang paling terkenal kandungan Wolbachia ada di lalat buah drosophila melanogaster,” tutur Aryati.

Uniknya nyamuk Wolbachia ini menghasilkan siklus yang berbeda saat proses perkawinan. Nyamuk Wolbachia jantan yang kawin dengan nyamuk Aedes aegypti non Wolbachia betina maka tidak akan menghasilkan telur yang menetas.

“Nyamuknya jadi mandul ya, tidak bisa menghasilkan keturunan,” tegasnya.

Nyamuk Wolbachia betina yang kawin dengan nyamuk Aedes aegypti non Wolbachia jantan maka akan menghasilkan telur dengan gen Wolbachia.

“Sama halnya kalau nyamuk Wolbachia jantan dan betina yang kawin, mereka akan menghasilkan telur yang menetas dan berwolbachia,” tukasnya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Dr. Aryati, dr. MKes., SpPK(K). (foto: ist)

Setelah melalui penelitian panjang, terbukti bahwa keberadaan nyamuk Wolbachia mampu menurunkan kasus demam berdarah sebesar 77,1%. Selain itu jumlah perawatan di rumah sakit akibat demam berdarah mengalami penurunan sebanyak 86%.

Keberadaan nyamuk Wolbachia yang tengah menjadi perdebatan ini, ternyata memiliki beragam manfaat. Meski nyamuk tersebut mengandung bakteri namun bakteri tidak bisa menginfeksi manusia.

“Bakterinya tidak mungkin pindah, karena bakteri hanya berada pada tubuh nyamuk saja. Kalau tergigit nyamuk Wolbachia tidak akan menyebabkan manusia sakit,” ungkapnya.

Nyamuk Wolbachia tidak mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti. Namun dengan adanya nyamuk ini, akan menekan penyebaran virus dengue yang dapat terbawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Aryati menegaskan bahwa nyamuk ini menjadi pelengkap dari program 3M Plus milik pemerintah. Ia berpesan kepada masyarakat untuk tidak khawatir terhadap keberadaan nyamuk wolbachia.

“Masyarakat tidak perlu khawatir. Kalau terlanjur tergigit tidak apa-apa, karena bakteri nyamuk tidak berpindah ke manusia,” pungkas dosen Fakultas Kedokteran Unair itu.

(pkip/mar/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular