Tuesday, May 7, 2024
HomeSosial BudayaSastraSinopsis Buku Poso Di Balik Operasi Madago Raya

Sinopsis Buku Poso Di Balik Operasi Madago Raya

Buku yang sangat luar biasa ini ditulis oleh Jafar G. Bua dan penulis buku “Kopassus 1” dan “Kopassus 2” yaitu E.A. Natanegara. Termasuk buku baru karena pada tahun 2023 ini, cetakan pertamanya diterbitkan melalui Red & White Publishing Jakarta.

Jafar G. Bua sendiri merupakan mantan Produser Lapangan media CNN Indonesia untuk Sulawesi Tengah dengan segudang pengalaman liputan termasuk liputan konflik sosial dan terorisme di Poso.

Menurut alumnus Fakultas Pertanian Universitas Tadulako ini, buku “Poso: Di Balik Operasi Madago Raya” memang didedikasikan untuk masyarakat umum dimana kisah-kisah operasi TNI dan Polri di Poso bukanlah operasi yang ringan.

“Operasi pemburuan teroris di Poso itu tidak seperti yang dibayangkan orang. Medan yang berat dimana pegunungan dan hutan yang lebat membuat operasi harus dilakukan dengan strategi yang matang,” jelas dia.

Menurut alumnus Asia Journalism Fellowship, Institute of Policy Studies, Lee Kuan Yew School of Public Policy 2019, Singapura itu, dalam buku ini tersaji banyak hal yang tak terungkap kepada publik sepanjang Operasi Tinombala dan Operasi Madago Raya di Poso, Sulawesi Tengah pada kurun 2020-2022.

“Poso: Di Balik Operasi Madago Raya” sendiri ditulis berdasarkan pengamatan langsung penulis atas jalannya operasi pemberantasan terorisme di Poso, Sulawesi Tengah.

Penulisannya disupervisi langsung Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf, MA dan Irjen Pol Purn Abdul Rakhman Baso, mantan Kapolda Sulawesi Tengah. Mereka adalah dua jenderal yang berperan aktif memimpin Operasi Madago Raya.

Paparan fakta, data dan analisis kelahiran benih terorisme, wilayah yang mereka kuasai dan sejumlah kelompok penyokongnya sampai kelahiran Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) di Bumi Sintuwu Maroso menjadikan buku ini sebagai referensi penting untuk masyarakat umum, mahasiswa dan para akademisi maupun peneliti.

Penyajian yang secara komprehensif memaparkan strategi dan taktik perburuan MIT, kelompok sipil bersenjata di Poso membuat buku ini penting untuk dibaca aparat keamanan, praktisi hukum dan mereka yang terlibat dalam upaya pemberantasan terorisme.

Beberapa hal yang belum terungkap selama Operasi Madago Raya dibeberkan dengan gamblang, termasuk kisah pengejaran para pentolan MIT, peta wilayah-wilayah rawan, Pos Sekat dan kekuatan pasukan selama perburuan kelompok ini.

Buku ini juga menuliskan latar belakang konflik horisontal hingga konflik vertikal yang mengharu biru Poso tidak kurang 20 tahun lamanya. Kondisi sosio-demografi Poso, amuk massa 1998 hingga Deklarasi Malino 2001 menjadi catatan pembuka buku sebanyak 208 halaman ini.

Ketika diluncurkan secara resmi untuk pertama kalinya di di Hotel Best Western Palu, pada Selasa (24/10/2023) lalu, terdapat beberapa tokoh yang turut hadir seperti mantan Ketua Forum Perjuangan Umat Islam (FPUI) Poso Ustadz Adnan Arsal, mantan Ketua Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah Pendeta Rinaldy Damanik, Danrem 132/Tadulako Brigjen TNI Dody Triwinarto, Komandan Pasukan Gegana Korbrimob Polri Brigjen Pol Reza Arief Dewanto, Kapolres Poso AKBP Riski Fara Sandhy, serta kalangan akademisi dari sejumlah perguruan tinggi di Kota Palu dan tentunya Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf, MA dan Irjen Pol Purn Abdul Rakhman Baso, mantan Kapolda Sulawesi Tengah.

Nama yang cukup menarik dalam buku ini salah satunya adalah Mayjen TNI Farid Makruf, M.A dimana jenderal bintang dua ini adalah Panglima Kodam VBrawijaya saat ini. Farid Makruf adalah abituren Akabri 1991, sebelumnya adalah Danrem 132/Tadulako di Palu yang menjadi fokus utama buku ini dan pernah menjadi Wakil Inspektur Jenderal TNI. Pria kelahiran Bangkalan Madura ini besar di Kopassus yang merupakan salah satu pasukan elit TNI Angkatan Darat.

Farid Makruf menjadi menarik karena lekat dengan literasi sehingga layak menjadi “Jenderal Literasi”. Pria berwajah tegas tetapi pengayom dan penyayang ini senang menulis sejak awal-awal aktif di TNI. Dimulai dengan menulis buku mengenai teknik-teknik menembak yang bisa menjadi panduan bagi sesiapa saja tak hanya prajurit untuk belajar menembak secara resmi dan profesional, namun sayang bentuk fisiknya tak lagi dapat diakses.

Tak berhenti di sana, Farid Makruf melanjutkan dengan buku berjudul Leluhur Sulawesi Tengah, TADULAKO  Dari Mitos Ke Realitas yang merupakan karyanya saat menjadi Danrem 132 Tadulako dan diterbitkan bertepatan dengan Hari Pahlawan pada tahun 2021 silam. Kini, buku Poso di Balik Operasi Madago Raya yang penulisannya dilakukan oleh dua penulis handal tak lepas dari supervisinya menjadi penanda bahwa “Jenderal Literasi” Farid Makruf tak akan berhenti untuk menghasilkan karya tulis demi karya tulis yang akan menjadi legacy baginya saat ini dan kelak. Seperti diucapkan oleh seorang kandidat doktor di Cambridge University, Inggris pada redaktur Cakrawarta.com saat peringatan HUT TNI ke-78 dan sangat presisi menjadi penutup sinopsis buku Poso di Balik Operasi Madago Raya yang juga mengangkat sang “Jenderal Literasi” ini:

Gus, saya baru pertama kali bertemu dengan seorang jenderal yang justru pada pembukaan diskusi awal pertemuan bertanya tentang TEORI. Ini membuyarkan image saya tentang Jenderal TNI. Pak Farid Makruf adalah contoh jenderal yang terlihat betul menguasai buku, menguasai teori dan nampak selalu nyambung ketika berdiskusi dengan kalangan intelektual dan akademisi. Ini sangat langka, Gus.

Semoga, buku Poso di Balik Operasi Madago Raya tidak menjadi karya terakhir sang “Jenderal Literasi”, tetapi menjadi momentum presisi untuk terus melahirkan karya tulis yang bergizi.

Penyunting: Bustomi

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular