Thursday, March 28, 2024
HomeGagasanSaeb Erekat dan Rais Abin, Dua Tokoh Di Balik Terciptanya Perdamaian di...

Saeb Erekat dan Rais Abin, Dua Tokoh Di Balik Terciptanya Perdamaian di Timur Tengah

Nama lengkapnya Saeb Muhammad Salih Erekat, tetapi sering disebut Saeb Erekat saja. Lahir tanggal 28 April 1955 dan meninggal baru saja, yaitu pada tanggal 10 November 2020.

Nama Saeb Erekat selama ini tidak pernah terdengar. Sudah tentu, ia kalah populer dengan pemimpinnya sendiri di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yaitu Yasser Arafat.

Pun ketika Saeb Erekat memperoleh tugas barunya sebagai penegosiasi perdamaian antara Palestina dan Israel tahun 1991, ketika ia ditugaskan Pemimpin Palestina Yasser Arafat sebagai Ketua Delegasi Palestina ke Konferensi Madrid, namanya pun hanya terdengar selintas.

Konferensi Madrid 1991 adalah sebuah konferensi damai, yang diselenggarakan dari 30 Oktober sampai 1 November 1991 di Madrid, Spanyol dan disponsori oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Kemudian perjanjian perdamaian Palestina-Israel dilanjutkan di Oslo, ibukota Norwegia. Akhirnya perjanjian damai ini ditanda-tangani di Washington pada 13 September 1993.

Usaha keras Saeb Erekat berhasil mengantarkan perdamaian di Timur Tengah. Berkat Saeb Erekat, bangsa-bangsa di dunia bisa menyaksikan peristiwa pada tanggal 14 Oktober 1994, di mana penghargaan Nobel Perdamaian diberikan kepada tiga orang sekaligus, yakni Pemimpin Palestina Yasser Arafat dan dua petinggi Israel, yakni Perdana Menteri Yitzhak Rabin dan Menteri Luar Negeri Shimon Peres.

“Arafat, Peres dan Rabin telah berkontribusi secara signifikan dengan adanya perjanjian perdamaian sebagai solusi peperangan dan tebar kebencian yang selama ini terjadi,” demikian pernyataan Komite, seperti dimuat “BBC on This Day.”

Baru-baru ini, Sekretaris Jenderal PLO Saeb Erekat itu dibawa ke Israel karena masalah pernapasan. Ia didiagnosis terjangkit Covid-19.

Saeb Erekat (65) dievakuasi dari rumahnya di Jericho, Tepi Barat, ke “Hadassah Medical Center” di kawasan Ein Kerem, Tel Aviv Barat, setelah kondisinya memburuk pada Minggu, 18 Oktober 2020.

“Russian Today,” juga memberitakan, bahwa Saeb Herekat dievakuasi karena “masalah kesehatan kronis yang dia alami dalam sistem pernapasan”.

Saeb Erekat diyakini rawan terkena komplikasi Covid-19, karena riwayat kesehatannya, termasuk serangan jantung pada 2012 dan transplantasi paru pada 2017.

Sejauh ini, hingga Senin, 19 Oktober 2020 pagi WIB, Worldometers mencatat total kasus virus corona di Palestina adalah 47.135, dengan 408 korban meninggal dan 40.498 pasien sembuh.

Di Israel, total kasusnya jauh lebih banyak, yakni 303.109, yang menempatkannya di peringkat ke-24 dunia.

Negara pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu mencatatkan 2.209 kematian akibat Covid-19 dan 268.093 pasien yang pulih.

Rais Abin Tokoh Perdamaian dari Indonesia

Namanya singkat, yaitu: Rais Abin. Ia putra asli Indonesia, berasal dari Koto Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat. Seorang militer, lahir 15 Agustus 1926 dan pada 15 Agustus 2020, usianya genap 94 tahun.

Menjelang 15 Agustus 2020, saya diundang ke rumahnya. Banyak hal yang dibicarakan, karena ia pernah menjadi Panglima Pasukan Perdamaian PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tahun 1976-1979. Oleh karena itu pembicaraan beliau selalu “up to date.” Perjalanan hidupnya pernah saya tulis tahun 2012 dan diterbitkan: “Penerbit Buku Kompas.”

Sebelum Rais Abin menjadi Panglima Pasukan PBB, Mesir dan Israel sering berperang. Dimulai setelah berdirinya Negara Israel tanggal 14 Mei 1948. Sehari setelah itu, enam negara Arab, di antaranya Mesir, menyerang Israel. Kemarahan negara-negara Arab, karena PBB membagi wilayah Palestina tidak secara adil. Rakyat Palestina yang awalnya memiliki keseluruhan wilayah dibagi PBB dengan ketentuan rakyat Palestina hanya memperoleh 42 persen dari luas keseluruhan, kaum Yahudi yang awalnya tidak memiliki tanah air, oleh PBB diputuskan memperoleh 56 persen. Sementara, dua persen lagi, terutama Jerusalem menjadi wilayah pengawasan internasional, yang lambat laun juga dikuasai sepenuhnya oleh Israel. Bahkan Presiden AS Donald Trump sudah mengumumkan Jerusalem menjadi ibukota Israel. Apakah demi mencapai kesepakatan perdamaian, Joe Biden, yang sementara diunggulkan menang sebagai presiden, akan mengubahnya?

Negara-negara Arab waktu itu mengalami kekalahan karena peralatan militer Israel dibantu Amerika Serikat. Memang terjadi perdamaian antara negara Arab dan Israel pada 11 Juni 1948, tetapi meletus lagi perang. Pada waktu ini, pascaperang, penduduk Palestina hanya memiliki Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Pada tahun 1956, terjadi perang lagi. Perang itu disebut Perang Sinai, karena terjadi di Semenanjung Sinai. Perang Mesir-Israel berhenti dengan Resolusi PBB tanggal 2 November 1956. Untuk menjaga perdamaian, pasukan UNEF I (United Nations Emergency Force I) terbentuk, sebagai model generasi pertama dari Pasukan Perdamaian Internasional.

Pasukan UNEF I baru efektif beroperasi tanggal 1 Maret 1957. Beroperasi selama 10 tahun enam bulan, hingga 1967. Pada tanggal 16 Mei 1967, Sekretaris Jenderal PBB waktu itu U Thant atas desakan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser, karena Mesir telah memobilisasi pasukan dan masuk ke wilayah timur Sinai hingga ke perbatasan Israel. Tidak hanya pasukan Mesir ingin menyerang Israel, tetapi juga Irak, Suriah, Jordania dan Arab Saudi ikut akan menyerang Israel.

Setelah pasukan UNEF I menarik diri, maka terjadi Perang Arab-Israel pada 3 Juni 1967. Perang ini hanya berlangsung enam hari, di mana kembali pasukan Arab mengalami kekalahan. Waktu inilah PBB menganggap perlu dibentuk Pasukan UNEF II dan Rais Abin dari Indonesia diangkat menjadi panglimanya. Tugas Rais Abin berhasil menghentikan peperangan antara Mesir dan Israel yang kemudian tercipta perjanjian perdamaian antara Mesir dan Israel di Camp David, Amerika Serikat.

Perjanjian Perdamaian Camp David ditandatangani pada tanggal 17 September1978 di Gedung Putih yang diselenggarakan untuk ‘perdamaian’ di Timur Tengah. Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter memimpin perundingan rahasia yang berlangsung selama 12 hari antara Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin. Perjanjian ini memakai nama dari tempat peristirahatan milik para presiden AS, Camp David, di Frederick County, Maryland.

Perjanjian ini juga melahirkan Perjanjian Damai Israel-Mesir pada tahun 1979. Tetapi sebagaimana Saeb Erekat, maka Rais Abin mengalami nasib yang sama. Ia hanyalah sebagai motor penggerak. Oleh karena itulah saya pernah mengusulkan agar Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) mengusulkan nama Rais Abin sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian.

 

DASMAN DJAMALUDDIN

Wartawan Senior dan Penulis Buku Biografi Rais Abin

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular