Friday, October 11, 2024
spot_img
HomeSosial BudayaPeringati HUT Surabaya, Komunitas RAR Sambangi Kampung Lawas

Peringati HUT Surabaya, Komunitas RAR Sambangi Kampung Lawas

Kawasan Jembatan Merah menjadi salah satu rute yang dilalaui Komunitas Peduli Surabaya RAR (Rek Ayo Rek) dalam kegiatan "Sambang Kampung Lawas" pada Jumat (29/4/2016) siang.
Kawasan Jembatan Merah menjadi salah satu rute yang dilalaui Komunitas Peduli Surabaya RAR (Rek Ayo Rek) dalam kegiatan “Sambang Kampung Lawas” pada Jumat (29/4/2016) siang.

SURABAYA – Menyambut HUT Surabaya yang jatuh pada 31 Mei 2016, beberapa pegiat komunitas menunjukkan kepeduliannya terhadap pembangunan di Kota Surabaya. Tak ketinggalan juga Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR), Jumat (29/4/2016) melakukan “Sambang Kampung Lawas“ di sekitar Jembatan Merah dan Jalan Bongkaran Surabaya dan berakhir di bekas Penjara Kalisosok.

Kegiatan yang dikemas dalam bentuk “Travelling Seminar“ ini menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya Freedy H. Istanto, pegiat pelestarian cagar budaya dan ketua Surabaya Heritage, Ketua DPRD Surabaya Armudji, anggota komisi C DPRD Surabaya M. Machmud serta A.H Thony dan Sachiroel Alim, Pengamat Kebijakan Publik.

Dimulai pukul 13.00 wib, acara ini diawali paparan dari Freedy di titik kumpul Taman Jayengrono Jembatan Merah. Selanjutnya para peserta bergerak ke Jembatan Merah, kemudian menuju ke bangunan cagar budaya di sekitar Jalan Bongkaran Surabaya. Dalam paparan singkatnya, Freedy H. Istanto mengajak kepada semua warga kota dan pemerintah kota, agar bisa menjaga peninggalan pusaka Surabaya yang berupa bangunan-bangunan lama yang bernilai sejarah.

“Marilah kita membangun Surabaya dengan konsep memasakinikan masa lalu. Konsep penataan kota yang berdampingan dan bersinergi antara bangunan cagar budaya dan bangunan modern mulai tergerus“, ujar Freddy di sela-sela perjalanan menuju kawasan cagar budaya Bongkaran.

Mantan Ketua Dewan Pendidikan Surabaya, Isa Anshari misalnya menyatakan bahwa hadirnya bangunan modern seperti mall dan hotel serta gedung–gedung perkantoran baru seharusnya bisa memadukan konsep kota tua Surabaya dengan modernitas, sehingga sebagai kota yang syarat dengan peninggalan cagar budaya, Surabaya tetap bisa dinikmati warga masyarakat di tengah-tengah arus modernisasi.

“Dengan konsep perpaduan yang bersinergi seperti itu, Surabaya bisa diharapkan akan menjadi laboratorium cagar budaya dan menjadi tempat belajar,” ujar Isa Ansori, yang juga menjabat sebagai Sekretaris RAR tersebut.

Salah seorang jurnalis senior dan pegiat cagar budaya, yang akrab disapa Cak Doel yang turut serta dalam kegiatan ini menyatakan prihatin dengan kondisi bangunan cagar budaya yang tak terurus di Surabaya.

“Saya sungguh sangat prihatin, bangunan yang bernilai sejarah yang luar biasa seperti Jembatan Petekan, saat ini kondisinya merana, craine yang dulu bisa menjadi katub pembuka dan penutup jembatan begitu ada kapal atau perahu yang mau masuk ke Kalimas. Jembatan ini juga merupakan saksi sejarah Surabaya sebagai Kota Bahari, saat ini kondisinya mangkrak tak terurus, semogalah pemerintah Kota Surabaya, melalui Dinas Pariwisata, bisa mengkonsep ulang penataan dan perawatan bangunan–bangunan cagar budaya di Surabaya,” ungkap Cak Doel.

Mantan anggota DPRD Surabaya, A.H Tony misalnya berpesan jangan sampai bangunan cagar budaya seperti Penjara Kalisosok, Toko Nam dan RS Mardi Santoso jatuh ke tangan swasta.

“Bahkan Rumah kecil Bung Karno yang terletak di Peneleh, sampai saat ini masih ditempati oleh perorangan. Harus ada upaya penyelematan bangunan–bangunan itu agar kembali dikelola oleh Pemkot, sehingga akan bisa menjadi tempat belajar bagi generasi muda dan pelajar di Surabaya”, ungkap AH. Thony yang juga aktivis pelestari budaya di Surabaya.

Ketua DPRD Kota Surabaya, Armudji dalam kegiatan tersebut berharap kegiatan “Sambang Kampung Lawas” akan menggugah kepedulian semua pihak, baik itu warga kota maupun Pemerintah kota.

“Kita semua wajib bahu-mambahu dan bersinergi melestarikan warisan budaya yang tak ternilai ini, sehingga Kota Surabaya yang terus berkembang menjadi kota modern ini tetap memeprtahankan nilai-nilai budaya yang ada,” ujar Armudji.

Komunitas RAR sendiri mulai berdiri pada 2016 ini bermula dari obrolan ringan di grup whatsapp (WAdan mulai aktif melakukan diskusi, aktivitas kepedulian, sinergi dengan banyak pihak mulai perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, legislatif hingga pemerintah Kota Surabaya. Tujuan utamanya bagaimana sinergi yang terjadi mampu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan Surabaya.

(ia/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Berita Terbaru

Most Popular