Tuesday, April 30, 2024
HomePolitikaNadiem Makarim Dinilai Bukan Menteri Tapi Mirip Sales Seragam Sekolah

Nadiem Makarim Dinilai Bukan Menteri Tapi Mirip Sales Seragam Sekolah

Jakarta, – Di Indonesia, masih ada beberapa masalah pendidikan yang umum terjadi dan menjadi tantangan dalam meningkatkan kualitas dan akses pendidikan.

Pendidikan yang berkualitas tentu saja diharapkan demi kemajuan suatu bangsa, pendidikan bukan sekadar sebagai sarana ‘agent of change’ bagi generasi muda yang akan menjadi penerus suatu bangsa, tapi juga harus menjadi ‘agent of producer’ agar dapat menciptakan suatu transformasi yang nyata.

Indonesia adalah negara kepulauan berbentuk Republik dengan jumlah Penduduk mencapai 275,36 juta jiwa. Saat ini pendidikan di indonesia di atur dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga jalur utama, yaitu Formal,Non formal, dan Informal.

Dalam suatu sistem tentunya akan selalu saja ada kelebihan serta kekurangan, tetapi kinerja pada sistem akan menghasilkan kualitasnya seperti apa, jika dijalankan dengan baik tentunya akan banyak sekali hal positif dan hasil yang baik.

Alih-alih ingin memperbaiki sistem pendidikan agar berjalan lebih sempurna. Mendikbud, Nadiem Makarim bukan fokus pada perbaikan sistem pendidikan tapi malah sibuk urus perombakan seragam bagi peserta didik di sekolah.

Ini menunjukan bahwa mendikbud, Nadiem Makarim bukan orang yang paham tentang pendidikan tapi lebih mirip sales bahan pakaian seragam sekolah.

Hal tersebut diungkapkan oleh, Agung Nugroho, Direktur Program Institut Jakarta, hari ini, Sabtu (13/4/2024) dalam siaran persnya.

Agung, mempertanyakan alasan Nadiem Makarim merombak seragam sekolah untuk menanamkan nasionalisme, kedisiplinan, dan meningkatkan citra sekolah serta mengakomodir kebutuhan pengaturan seragam sesuai kebijakan nasional pendidikan dan perkembangan masyarakat.

“Padahal menanamkan nasionalisme dan kedisiplinan tidak terkait dengan bentuk dan model seragam sekolah. Tapi lebih pada nilai-nilai ketauladanan yang diberikan untuk dapat dijadikan contoh oleh anak-anak kita” ujar Agung.

Agung menuding, Nasionalisme dijadikan cover oleh Nadiem untuk menerapkan kebijak merombak seragam sekolah. Nadiem, menutut Agung harus banyak belajar arti Nasionalisme dalam arti positif.

Dalam pandangan Soekarno, Nasionalisme itu harus dapat membentuk karakter percaya pada kemampuan diri sendiri serta menumbuhkan ikatan solidaritas.

“Nasionalisem hanya dijadikan alasan oleh mendikbud yang justru lebih mirip negara Fasis dengan masih mengeluarkan kebijakan seragam sekolah” tegas Agung.

Agung menambahkan, padahal banyak problem pendidikan yang belum terselesaikan, misalnya ; akses terbatas ke pendidikan, ketimpangan pendidikan, kualitas guru dan tenaga pendidik, kurikulum yang tidak relevan, kualitas fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai, kesenjangan digital dan kualitas ujian dan evaluasi.

“Sangat disayangkan seorang mendikbud bukan fokus pada perbaikan sistem pendidikan tapi malah sibuk seperti sales bahan seragam sekolah” Agung kembali menuding.

(bm/bti)

RELATED ARTICLES

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular