BALI – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak, Rabu (9/12) telah berlangsung aman, tertib dan terkendali. Tak hanya dari segi keamanan saja, tingkat partisipasi masyarakat juga diklaim tinggi. Disampaikan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo bahwa tingkat partisipasi masyarakat secara nasional sangat menggembirakan. Pernyataaan itu didasari beberapa laporan yang menunjukkan peningkatan partisipan secara signifikan.
“Yang menggembirakan dari laporan yang ada, tingkat partisipasi pemilih tinggi di seluruh Indonesia,” kata Tjahjo kepada awak media, Kamis (10/12).
Mantan Sekjen PDIP tersebut melihat, tingginya partisipasi pemilih disebabkan dorongan yang baik dari berbagai pihak. Terutama dukungan penuh penyelenggara Pilkada untuk mengajak pemilih menggunakan hak mereka. Tak ketinggalan, kejelian wartawan sebagai pemberi kabar juga tak luput dari pujian Mendagri.
”Ini semata kerja bersama dan sinergi antara lembaga-lembaga pelaksana atau penanggung jawab dan pengambil kebijakan dan parpol, serta peran pers yang berjalan baik-di semua tingkatan dan atas doa semuanya serta petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa, tentunya,” papar Tjahjo dengan wajah sumringah.
Namun, kenyataan berbeda justru tergambar jelas pada Pilkada serentak di daerah. Sebagai contoh Kota Denpasar, Bali, dimana jumlah partisipan sementara hanya sanggup memenuhi angka 15%. Padahal, berdasarkan data yang ada, di ibu kota Pulau Dewata itu, jumlah total pemilih sebanyak 422.438 jiwa. Sedangkan yang menggunakan hak pilihnya hanya 75.264 orang atau 15,06% saja.
Kabid Poldagri Kesbangpol Provinsi Bali, I Ketut Kute menyayangkan hal ini, pasalnya pemerintah telah menetapkan hari libur nasional saat Pilkada Serentak digelar. Namun, masih saja ada pemilih yang enggan melangkah ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Fenomena ini dilihat Ketut melalui beberapa penilaian, pertama yakni masyarakat sudah jenuh dengan kontestasi serupa Pilkada. Pasalnya, calon-calon yang disodorkan Partai Politik (Parpol) terkesan tanpa dobrakan, atau ketika terpilih hanya meneruskan program pendahulunya.
“Banyak yang tidur di rumah, saya lihat sendiri itu,” ujar Ketut.
Tak hanya di Denpasar, di Kabupaten Jembrana juga mengalami penurunan serupa. Daerah yang digadang-gadang pencapaiannya melampaui target KPU-D Bali sebesar 75% itu, nyatanya hanya sanggup menyentuh angka partisipasi pemilih sebesar 61,69% dari total 225.394 suara. Ketut melihat, hal tersebut disebabkan oleh sosialisasi yang kurang menyeluruh, terlebih bagi masyarakat di Pedesaan.
Sebagai informasi, Pilkada Serentak mengedepankan kampanye berbasis elektronik. Adapun proses tersebut dinilai tak efisien karena kurang mampu menyentuh masyarakat. Pasalnya, masih banyak orang-orang di pedesaan yang belum bisa mengakses internet, sehingga informasi mengenai pasangan calon yang berlaga kurang mendapat tempat di hati masyarakat.
“Memang banyak masyarakat desa yang belum paham kampanye online,” pungkas Ketut
(msa/bti)