Thursday, March 28, 2024
HomeSains TeknologiKesehatanKasus Covid-19 Bangkalan Madura Melonjak Drastis, Pakar Epidemiologi: Saya Speechless!

Kasus Covid-19 Bangkalan Madura Melonjak Drastis, Pakar Epidemiologi: Saya Speechless!

Epidemiolog Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani, saat ditemui tim cakrawarta beberapa waktu lalu di Surabaya.

 

SURABAYA – Kasus positif Covid-19 di Bangkalan, Madura mengalami kenaikan signifikan pasca lebaran.  Dalam sepekan terakhir kasus positif bertambah 56 orang dengan kematian 5 orang. Dari 56 kasus baru tersebut muncul 25 kasus baru dengan 2 kematian yang terjadi dalam sehari terakhir berasal dari kalangan tenaga medis (nakes) yaitu dr. Eko Sonny Tejolaksito, SpRad dari RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu dan seorang bidan dari Puskesmas Arosbaya, Kusadalina Ekawati.

Karena itu sejak, Minggu (6/6/2021) Pemerintah Kota Surabaya melakukan tes swab antigen di areal Suramadu untuk orang Madura khususnya Bangkalan yang hendak memasuki wilayah Surabaya.

Menanggapi fenomena tersebut, pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani menyatakan dirinya speechless. 

“Saya sebenarnya jadi speechless kalau terkait ini. Karena masyarakat di Madura mayoritas tidak percaya adanya Covid-19. Masyarakat bahkan percaya Covid-19 tidak ada di Madura. Ini sangat fatal saya kira. Plus pemerintah daerahnya sendiri terkesan minim persiapan untuk langkah antisipatif seperti yang terjadi sekarang ini,” ujar wanita yang studi doktoralnya tentang infectious disease di Universitas Kobe, Jepang itu, Selasa (8/6/2021).

Laura menambahkan, jika ditelusuri sementara dari data dan keterangan pemerintah, kasus ditengarai dari aktivitas TKI/TKW yang pulang kampung pada momen libur Lebaran. Apalagi tradisi di Madura saat momentum Lebaran yakni bulan Syawwal -dalam kalender Hijriah- adalah musim nikahan.

“Tinggal dicek bagaimana SOP karantina para TKI/TKW saat memasuki daerah ini, apakah berjalan atau tidak. Ini penting agar ditemukan akar masalahnya. Lebih-lebih di momentum Syawwal ini, tradisi Madura ada nikahan. Dengan mobilitas yang tinggi dan kesadaran masyarakatnya akan protokol kesehatan yang rendah, maka melonjaknya kasus menjadi sangat masuk akal,” papar dosen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu.

Untuk ke depannya, melihat karakter masyarakat Madura, maka menurut Laura, peran tokoh agama dan atau kepala daerah dengan latar belakang tokoh agama dapat aktif melakukan sosialisasi pentingnya penerapan protokol kesehatan seperti menjaga jarak aman, memakai masker dan mencuci tangan.

“Peran tokoh agama ini sangat penting untuk konteks masyarakat Madura yang kuat ikatan patron-clientnya. Apalagi dengan atribut sosial keagamaan yang mereka miliki, akan lebih mudah didengar dan ditaati. Saatnya pemerintah daerah melibatkan mereka atau jika kepala daerahnya adalah juga tokoh agama dapat intensif melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan masyarakat, sembari disaat bersamaan testing, tracing dan treatment terus ditingkatkan. Saya kira itu,” pungkas peneliti terbaik Universitas Kobe Jepang tahun 2015 itu.

(bus/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular