Friday, April 19, 2024
HomeGagasanJejak Langkah TKW Hong Kong (Kisah Nyata)

Jejak Langkah TKW Hong Kong (Kisah Nyata)

Saya akan menulis kisah sejati yang benar-benar saya alami di sini. Perjalanan saya ketika menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hong Kong. Memang sudah menjadi tujuan saya setelah lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), tepatnya di usia 16 tahun, tubuh saya dibawa terbang oleh burung besi, pesawat Garuda Indonesia, pada tahun 1998 di pertengahan musim dingin.

Setelah memakan waktu lebih kurang 4 jam penerbangan Jakarta-Hong Kong, sampailah dengan selamat di bandara yang saat itu masih bernama Kai Tak, di Kowloon City.

Pada saat keluar bandara, saya disambut oleh gerusan udara dingin yang menguliti tubuh, udara kering membuat kulit terasa perih sekali, hal yang belum pernah saya rasakan selama itu. Untung, atas saran teman, saya sudah sedia pelembab kulit terkenal dari Indonesia yang hadir laksana dewa penolong, sebelum tubuh saya kering berdarah karena udara dingin.

Hong Kong, menurut sahabat saya merupakan sekolah kehidupan terbaik di dunia. Iya, saya mengamini itu, di negeri IP Man ini, selain bekerja, saya masih bisa mengisi waktu libur dengan kegiatan positif. Bergabung di komunitas kepenulisan, fotografi, dan juga belajar entrepreneurship di Mandiri Sahabatku, sebuah program yang dicetuskan oleh Bank Mandiri untuk para TKI.

Yang tidak boleh dilupakan, sebagai TKW, memiliki rekening adalah satu hal yang wajib, karena untuk menabung hasil kerja selama menjadi TKW untuk bekal pulang ke Tanah Air. Apalagi di era digital yang serba canggih ini, seorang TKW juga harus bisa merasakan kemudahan-kemudahan yang disugguhkan ponsel yang ada dalam genggaman kita. Salah satunya, kemudahan yang ditawarkan oleh bank BNI dengan Mobile Banking, ATM, dan juga kegiatan-kegiatan positif yang diberikan untuk TKI di Hong Kong.

Pasti, Anda sering mendengar dan membaca kabar-kabar miring tentang TKW, kan? Baik itu di media sosial, maupun secara langsung. Maka dari itu, saya ingin menunjukkan bahwa seorang TKW juga bisa berkarya, di tengah-tengah gerusan aktivitas kerja bersama majikan. Salah satu yang saya lakukan bersama teman-teman adalah belajar berseni peran, dan pernah tampil di panggung yang digelar oleh Telekomunikasi International Indonesia, yang merupakan anak perusahaan dari Telkom Indonesia, saat itu kami sepanggung dengan band papan atas, NOAH.

Tidak bisa dipungkiri, banyak suka dukanya menjadi TKW, tapi yang paling menyedihkan ketika kita dalam kondisi sakit. Seperti yang pernah saya alami, ketika menunaikan tugas antar jemput sekolah, tiba-tiba saya kehujanan, karena lupa tidak membawa payung akhirnya basah kuyup. Iya, akhirnya saya masuk angin, tapi untungnya saya selalu sedia minyak kayu putih untuk obat gosok dan baluran di saat mulai merasakan kurang enak badan. Iya, minyak kayu putih produk dari Kimia Farma ini pada akhirnya sukses menolong tubuh saya dengan kehangatannya.

Tugas utama saya selain mengasuh anak majikan, membersihkan rumah, tetapi juga memasak. Dalam hal ini, ada satu rahasia memasak lezat yang sampai saat ini majikan saya tidak tahu, yaitu kecap ternama asal tanah air, mengingat orang Hong Kong tidak suka menggunakan penyedap rasa, tapi tetap ingin masakannya tetap nikmat di lidah.

Menurut saya, saya termasuk seorang TKW yang beruntung, seperti tahun kemarin telah mendapatkan kesempatan mudik gratis dari BRI Remittance, perusahaan perbankan yang dimiliki sepenuhnya oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Dalam kesempatan tersebut, saya mendapatkan kehormatan makan malam bersama dengan TKI dari berbagai negara penempatan, dari Malaysia, Arab Saudi, Taiwan, Korea dan lain-lain di Hotel Santika Premier, Jakarta. Senang sekali, rombongan dari Hong Kong saat itu satu-satunya yang berkesempatan jalan-jalan dan menikmati serunya wahana permainan di JungleLand Adventure Theme Park.

Sebenarnya pada saat itu saya ingin sungkem ke rumah guru saya tercinta di kawasan perumahan elit Sentul City yang letaknya dekat dengan wisata tersebut. Namun waktu tidak memungkinkan, dan saya harus segera pulang ke Surabaya.

Oh iya, pada kesempatan yang sama, keberuntungan masih berpihak kepada saya yang kebetulan pada saat itu mewakili media Apakabar Plus, media yang mewadahi hobi saya dalam menulis, ketika menghadiri undangan makan malam dalam rangka perpisahan Bapak Tri Tharyat, Konsul Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong pada tahun 2019 lalu telah berpindah tugas menjadi duta besar Republik Indonesia di Kuwait City.

Pada malam tersebut, saya berhasil mendapatkan kejutan undian tiket pesawat Hong Kong-Bali pulang pergi, tentu sangat sangat bahagia sekali, apalagi majikan mendukung saya, namun tiket pesawat tersebut saya jual ke teman saya, dan hasilnya saya gunakan untuk ikut kelas belajar menganalisa saham yang digelar oleh Profita Institute di Yogjakarta, Jawa Tengah pada 4 Agustus 2019.

Tidak ada kebetulan di dunia ini, termasuk perjalanan bagaimana perkenalan saya dengan saham, saat pertama kali digelar di Ruang Ramayana KJRI Hong Kong pada 1 Juli 2019 lalu.

Pengalaman saya menjadi kontributor sebuah media berbahasa Indonesia di Hong Kong tentu saja memiliki andil besar dalam menjelajahi seluk-beluk tentang investasi yang ditawarkan oleh berbagai penjuru kepentingan.

Salah satunya adanya TKW yang terjerumus dalam investasi bodong, dan ingin belajar tentang saham tapi tidak tahu caranya.

“Aku ingin belajar bisnis saham, tapi aku cuman lulusan SLTP, opo yo nutut uteku?” Tanyaku pada sahabatku melalui telepon sembari meneguk sebotol teh.

“Halah, gampang, penting niat. Laptopnya dibenerin, nanti buat belajar menganalisa. Bisa buat bekal pensiun setelah nanti tidak lagi jadi TKW,” tutur Ana teman saya pada malam itu.

Deal, setelah itu benar-benar hati saya klik, seperti menemukan muara pencarian yang panjang, pertanyaan-pertanyaan ketika pulang kampung nanti mau ngapain, terjawab sudah. Terjun dan berbisnis saham adalah salah satu impian saya.

Akhirnya pada kesempatan saya pulang ke Indonesia itu, saya langsung membuka rekening baru di bank swasta terbaik, kemudian mengikuti kelas belajar saham, dan membuka Rekening Dana Nasabah (RDN) di sebuah perusahaan sekuritas. Awalnya saya masih berpikir, saya tidak memiliki rekening di Bank tersebut, apakah bisa membuka RDN di sana, eh, ternyata tetap aman terkendali, karena menurut sahabat saya, RDN bisa diisi dari rekening apapun.

Sekarang, sambil menunggu kontrak kerja berakhir, saya sudah mulai berinvestasi saham. Untuk sementara ini, karena kendala waktu bekerja sama majikan, pilihan saya adalah investasi yang jangka panjang, tujuannya menabung untuk biaya pendidikan anak saya. Agar kelak bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi dari orang tuanya, yang hanya sampai di bangku SLTP, dan semoga memiliki masa depan yang lebih baik lagi.

 

WIJIATI SUPARI

Penulis, Fotografer dan Pekerja Migran di Hong Kong

RELATED ARTICLES

Most Popular