Monday, April 29, 2024
HomeInternasionalInvasi Rusia di Ukraina, HI Unair Berikan Kontribusi Melalui Konferensi Internasional Hadirkan...

Invasi Rusia di Ukraina, HI Unair Berikan Kontribusi Melalui Konferensi Internasional Hadirkan Pakar Kelas Dunia

Konferensi internasional “Global Responses to the Russian Invasion of Ukraine” yang diselenggarakan HI Unair di ASEEC Tower, Kampus B, Universitas Airlangga, Surabaya, Rabu (15/11/2023). (foto: Maula)

SURABAYA – Invasi Rusia di Ukraina mengharuskan dunia global merespon secara beragam. Maka untuk menelaah perang ini, Pusat Studi Eropa dan Eurasia Universitas Airlangga berkolaborasi dengan Foreign Policy Community of Indonesia – Middle Power Studies Network (FPCI-MPSN) mengadakan konferensi bertemakan “Global Responses to the Russian Invasion of Ukraine” pada Rabu (15/11/2023) di ASEEC Tower, Kampus B, Universitas Airlangga, Surabaya.

Konferensi ini menghadirkan beberapa pakar politik internasional dari berbagai negara. Di antaranya seperti Prof. Oxana Shevel dari Tufts University yang akan memaparkan akar sejarah dari invasi Rusia di Ukraina, lalu Dr. Sarah Teo, S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University (RSIS-NTU) terkait respon dari negara-negara Asia Tenggara, serta Matthew Sussex dari Australian National University (ANU) mengenai posisi negara-negara Indo-Pasifik dalam isu ini.

Selain peserta konferensi dari berbagai negara, terdapat pula peserta konferensi dalam negeri, di antaranya Maula Hudaya, pengajar prodi Hubungan Internasional di Universitas Diponegoro. Ia memberikan testimoni untuk acara ini.

Pembicara luar Maksym Yakovlyev asal National
Kyiv-Mohyla University saat hadir secara online dalam Konferensi Internasional “Global Responses to the Russian Invasion of Ukraine” di ASEEC Tower, Kampus B, Universitas Airlangga, Surabaya, Rabu (15/11/2023). (foto: Maula)

“Menurut saya acara ini bagus dan sangat berbobot. Ditambah lagi Unair berhasil menghadirkan pakar-pakar baik dari Indonesia maupun luar negeri yang betul-betul menguasai topik ini,” ujar Maula pada media ini, Jumat (17/11/2023).

Maula berharap Indonesia dapat menjadi pemimpin dari rezim internasional untuk menjembatani adanya resolusi perdamaian.

“Menurutku sebagai middle power, kita harus bisa menjadi leader dengan menggandeng organisasi-organisasi regional dan internasional untuk melakukan pendekatan kepada kedua belah pihak untuk kemudian menjembatani pembicaraan damai,” tukasnya mengakhiri keterangan.

(rafel/bus)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular