Friday, March 29, 2024
HomeGagasanInovasi di Masa Transisi Covid-19

Inovasi di Masa Transisi Covid-19

 

“Kadang kita terlalu sibuk memikirkan kesulitan-kesulitan sehingga kita tidak punya waktu untuk mensyukuri rahmat Tuhan.”
(Jenderal Soedirman)

Pandemi Covid-19 telah menciptakan banyak sekali kesulitan, dari aspek sosial hingga ekonomi. Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut kemungkinan persentase penduduk miskin meningkat menjadi 10-12 persen karena pandemi ini. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin mencapai 24.97 juta jiwa atau sekitar 9.2 persen. Hal ini juga berdampak terhadap kehidupan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia, yang merupakan tulang punggung ekonomi riil bangsa Indonesia. Lebih menyedihkan lagi, ini adalah kerapuhan kehidupan ekonomi puluhan juta keluarga.

Pikiran, hati dan tenaga kita terkuras untuk berpikir tentang segala kesulitan itu. Semua lini media massa menceritakan segala hal tentang Covid-19 dari A hingga Z. Semua dikupas, seolah kita diajak untuk terus hanyut dalam gelombang kesulitan Covid-19.

Pantaslah Jenderal Soedirman, tokoh besar dan pahlawan nasional kita menyampaikan realita, bahwa hingga manusia tidak menyadarinya, ternyata masih banyak kekuatan manusia yang bisa disyukuri untuk bangkit dari kesulitan.

Tuhan menganugerahi rasa lapar, rasa kecewa, rasa sedih, rasa cemas, dan rasa takut untuk menjadi api pemantik agar kita bisa lebih menikmati rasa kenyang, rasa senang, rasa ceria, rasa tentram, dan rasa berani yang bermuara pada kebahagiaan.

Hanya saja, apakah api pemantik itu akan menghasilkan energi buruk membakar jiwa kita, atau kita mampu mengkonversi energi tersebut menjadi kekuatan untuk mewujudkan mimpi dan harapan.

Kita pernah tahu, tentang hukum gravitasi yang dicetuskan oleh Isaac Newton, Ilmuwan Inggris yang melahirkan karya besar saat kondisi pandemi yang menewaskan 20% penduduk London, yang dikenal sebagai Great Plague of London.

Tidak hanya itu, teori tentang optik dan kalkulus dilahirkan pada masa work from home (WFH) ala abad ke-16 tersebut. Seorang pembelajar hebat seperti Newton telah mampu membangun tatanan baru dunia melalui sains dan teknologi (new normal).

Karena akal adalah anugerah terhebat yang diberikan oleh Tuhan, menjadi kekuatan manusia menembus langit dan bumi dan juga menghasilkan pembaharuan dan inovasi.

Hari ini, UMKM berada di masa transisi tersulit dengan aliran cashflow bermasalah, sisi hulu menjadi terbatas dan biayanya meningkat. Sisi hilir pasar kian menyempit, permintaan berkurang drastis. Semua kesulitan ini belum ditambah beban kewajiban pembayaran gaji, listrik, kredit, dan banyak lagi. Tidak terkecuali kami nanoventure.tech yang merintis usaha rintisan berbasis teknologi dari kecil, ikut merasakan dampak.

Walau pada kenyataannya, uang itu tidak pernah hilang atau lenyap. Dia masih ada tersimpan di kantong masyarakat, swasta dan pemerintah. Hanya saja, cara spending (menghabiskan uang) yang saat ini menjadi berbeda. Masyarakat mengamankan uangnya untuk kebutuhan pokok (pangan dan kesehatan), dan menekan pengeluaran kebutuhan sekunder dan tersier (sandang, papan, dan mobilisasi).

Pada kondisi pasar berbeda, kita tidak bisa lagi menggunakan cara yang sama, harus gunakan cara berbeda dan inovatif.

Solusi Presisi

Inovasi di masa transisi adalah salah satu kunci sukses bertahan bahkan tumbuh dan menjadi berbeda. Kondisi sulit akan melahirkan ketangguhan, kewaspadaan, dan keberanian (nekat) untuk mencoba hal baru. Sehingga, bisa jadi kondisi new normal kali ini, adalah kesempatan baru bagi UMKM Indonesia bertransformasi menjadi pemenang di persaingan global.

Beberapa inovasi yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan keadaan di Covid-19 adalah sebagai berikut:

1. Di sisi finansial, para UMKM dapat melakukan penghematan biaya produksi dan operasional dengan menghitung ulang kebutuhan modal dan penjualan.

2. Harap diperhatikan bahwa setelah pandemi berakhir dan juga kondisi new normal, diprediksi akan terjadi lonjakan permintaan atas suatu kebutuhan tertentu. Sehingga, kita diharuskan menyiapkan rencana produksi dengan momentum yang tepat.

3. Berjejaring dengan UMKM lain dapat mendatangkan kesempatan yang tak terduga. Terdapat lebih dari 60 juta UMKM di Indonesia. Hal ini juga dapat dilanjutkan dengan melakukan kerjasama atau kolaborasi.

4. Ranah digital merupakan ranah yang menjadi “kolam” baru selama pandemi ini. Manfaatkan media sosial sebagai kanal baru bisnis anda untuk mendatangkan pelanggan atau bahkan membuka pasar baru.

5. Lakukan koordinasi perusahaan secara  daring (online) serta melakukan kegiatan operasional dengan mematuhi pedoman social  ataupun physical distancing.

6. Melakukan pivot bisnis atau perubahan model bisnis ke arah yang lebih profitable dan cepat di era pandemi ini.

Beberapa perusahaan startup kami di nanoventure.tech, satu persatu telah menerapkan kaidah-kaidah di atas. Nanotech Natura Indonesia, nanotechnatura.com, sebagai contohnya, beralih melakukan produksi mandiri hand sanitizer jenis gel maupun cair di masa orang-orang mencari barang tersebut. Dengan berbekal pengetahuan di bidang fast moving consumer goods, Natura memobilisasi ribuan liter hand sanitizer kepada mitra strategis. Tidak cukup dengan produk tersebut saja, dibentuklah divisi khusus memproduksi berbagai jenis masker (3ply mask, 4 ply Mask dan N95 Equivalent) yang memenuhi kebutuhan masyarakat di era social ataupun physical distancing ini.

Selain itu, nanobubble.id, startup penghasil gelembung air [1] berukuran nano yang menjuarai Wirausaha Muda Mandiri 2019 dan Grab Thinkubator, sejak awal pandemi kemarin mulai merambah ke beberapa teknologi baru. Perikanan, disinfektan dan air purifier berteknologi nano pun juga sudah dirintis, menghasilkan berbagai kerjasama strategis dengan pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan transaksi penjualan ke perusahaan di Malaysia dan Korea Selatan ketika masa pandemi berlangsung.

Di lini bisnis lainnya, Nanotech Herbal Indonesia (nanotechherbal.co.id), atau Apivent, menyesuaikan permintaan yang tinggi terhadap produk-produk nutrasetikal dari herbal alam Indonesia, salah satunya dengan memproduksi nano propolis dengan kombinasi vitamin C, Habbatussauda, dan potensi lainnya, karena pandemi ini memaksa masyarakat untuk terus memiliki sistem imun yang kuat sehingga tubuh kita tahan terhadap serangan penyakit. Propolis, produk nutrasetikal dari zat resin yang dikeluarkan lebah madu, dapat membuat sistem imun kita menjadi lebih kuat [2].

Serta kisah perusahaan rintisan lainnya yang terus survive dan berusaha tumbuh di tengah masa pandemi.

Kami percaya bahwa masa pandemi ini, terdapat banyak kesempatan-kesempatan tersembunyi yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM dan pelaku Bisnis lainnya. Semuanya kembali kepada mindset dan tekad kita, bagaimana kita melihat keadaan, yang ada menjadi kesempatan untuk selalu berinovasi. Pada akhirnya, yang dapat bertahan adalah bukan yang paling kuat, tapi yang paling bisa beradaptasi.

 

SURYANDARU

Ketua Program Studi Teknik Industri Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) dan VP Academic and Research, International Council for Small Business (ICSB) Kepulauan Bangka Belitung

RELATED ARTICLES

Most Popular