JAKARTA – Merosotnya harga minyak dunia hingga di level terendah dalam 7 tahun terakhir dan diprediksi masih akan terus merosot hingga di kisaran USD 30/barel dinilai sebagai ancaman serius bagi sektor minyak dalam negeri terutama sektor hulu yang tentu akan sangat terpukul oleh penurunan harga minyak dunia. Demikian dijelaskan Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean kepada cakrawarta.
Menurutnya, pendapatan negara dari sektor hulu bisa defisit dan disubsidi untuk menghindari kerugian. Bahkan apabila harga minyak mentah mencapai USD 30/barel atau bahkan dibawahnya maka pihak EWI menyarakan untuk menghentikan produksi daripada mengalami kerugian besar atau minimal menurunkan target lifting.
“Semakin tinggi lifting semakin tinggi kerugian, ini benar-benar simalakama. Maka itu kami sarankan pemerintah segera susun escape plan atau jalan keluar dari ancaman ini tahun depan. Pemerintah harus siap dengan opsi lain sebagai peta jalan keluar supaya tidak mengagetkan,” ujar Ferdinand di Jakarta, Selasa (22/12).
Sementara itu di sektor hilir, penurunan harga minyak mentah bisa membawa masalah tersendiri. Menurut Ferdinand, seharusnya penurunan harga minyak mentah adalah berkah bagi rakyat sebagai konsumen karena pemerintah dapat membeli BBM dengan harga murah setelah menyerahkan penetapan harga BBM kepada mekanisme pasar. “Tentu publik akan meminta penurunan harga BBM seiring merosotnya harga minyak,” imbuhnya.
Namun dari hasil kajian, pihak EWI menilai penurunan harga jual BBM akan menambah ancaman keuangan bagi Pertamina yang mana sektor hulu tidak mampu memberi keuntungan dan berharap pada sektor hilir, namun hilir juga menghadapi tekanan dari publik.
“Inilah dampak negatif dari penentuan harga yang mengacu kepada mekanisme pasar. Pertamina dan pemerintah harus segera menyiapkan ketentuan baru untuk menghindari kerugian. Kami sarankan agar tahun 2016, harga BBM ditetapkan flat selama 1 tahun dikisaran Rp 7.000,- s.d Rp 7.500,- per liter. Ini penting untuk menjaga stabilitas APBN dan keuangan Pertamina,” pungkasnya.
(bti)