SINGAPURA – Angga Dwimas Sasongko, sutradara film Mencuri Raden Saleh memukau sekitar enam ratus mahasiswa Ngee Ann Polytechnic Singapura dalam webinar Go Global Initiative, Rabu (1/11/2023). Webinar ini dilaksanakan atas kerjasama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura, School of Interdisciplinary Studies – Ngee Ann Polytechnic, dan, Singapore National Library Board dengan tema ”Life Stories through an Award Winning Film Director’s Lenses“.
Webinar ini sebagai bagian dari kerjasama kebudayaan kedua negara yang bertujuan untuk mengenalkan sinema Indonesia ke mahasiswa Singapura.
”Generasi muda kedua negara bertemu dari budaya populer seperti sinema. Kita contohlah Korea. Indonesia bagi kami punya potensi besar untuk itu, mengingat masif-nya produksi film di Indonesia,” jelas Max Lam, dosen senior sekaligus penanggung jawab acara webinar dari Ngee Ann Polytechnic. Menurut Max, Angga Dwimas dengan karya-karyanya merupakan contoh dan sumber inspirasi yang ideal bagi mahasiswa-mahasiswa Singapura.
Atase pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura, IGAK Satrya Wibawa, menyatakan program ini menjadi awal pengenalan kebudayaan populer Indonesia kepada mahasiswa di Singapura.
”Beberapa kali film Indonesia menang di festival film di Singapura, dan banyak film Indonesia juga diputar di bioskop-bioskop di Singapura,” jelas Satrya. Bulan Desember, film 24 Jam Bersama Gaspar juga menjadi salah satu film yang berkompetisi di Singapore Film festival.
”Indonesia mungkin belum bisa seperti industri film Korea, tapi dengan sejarah panjangnya, sinema Indonesia akan menjadi salah satu yang diperhitungkan di tingkat dunia,” tandas Satrya lagi.
Angga Dwimas dikenal sebagai sutradara produktif. Dia memaparkan bahwa menjadi filmmaker memerlukan keseriusan dan komitmen untuk berkarya dan berproduksi.
”Kita tidak boleh menyerah begitu kita terjun ke dunia film. Apalagi industri ini memang memerlukan orang-orang yang konsisten,” jelas Angga yang akan merilis film aksi terbarunya di bulan Desember, Tiga Belas Bom di Jakarta.
Angga juga menyatakan poin paling penting dalam hidupnya saat memulai karir sebagai sutradara adalah saat dia mengunjungi wilayah konflik di Maluku.
”Saat itulah saya merasa film adalah elemen penting untuk membawa pesan-pesan perdamaian,” ujar produser film Nger-Ngeri Sedap ini.
Diskusi menarik juga terjadi saat salah satu peserta bertanya mengenai sikapnya dengan penggunaan artificial intelligence (AI) dalam dunia industri film. Angga menyatakan dirinya adalah pendukung penggunaan teknologi dalam industri film.
”Kita akan sangat terbantu dengan teknologi itu, tapi perlu diingat, manusia di belakangnya jauh lebih penting. Jangan sampai manusia menyerahkan sepenuhnya kepada teknologi,” tegas Angga.
Teknologi juga akan membantu efektivitas dan efesiensi dalam industri sinema Indonesia. ”Film terbaru saya terbantu dengan teknologi. Tapi yang menentukan kesuksesan itu tetaplah manusia, bukan teknologi” tandasnya lagi.
Untuk diketahui, program kerjasama kebudayaan ini secara rutin dilaksanakan kantor atase pendidikan dan kebudayaan KBRI Singapura. Sebelumnya dilaksanakan juga pemutaran film Autobiography yang juga merupakan pemenang Singapore Film festival tahun 2022. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) mendukung kualitas perfilman Indonesia. Salah satunya melalui pemberian fasilitasi delegasi yang ikut dalam Busan International Film Festival (BIFF) Ke-28 di Korea Selatan pada 4-13 Oktober 2023. Tim delegasi Indonesia di BIFF 2023 terdiri atas sineas, panitia, pemerintah, dan media berjumlah 50 orang yang mendapat travel grant sebagai bentuk fasilitasi dari Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media (PMM). Di BIFF 2023, ada 15 judul karya sineas Indonesia yang ikut berkompetisi dan tayang di program fokus sinema Indonesia Renaissance of Indonesian Cinema meliputi film pendek, film panjang, dan serial.
(rils/rafel)