Friday, April 19, 2024
HomeGagasanTidak Semua Hal Itu Hoax!

Tidak Semua Hal Itu Hoax!

 

 

Laiknya harga-harga barang, istilah hoax pekan ini mengalami inflasi. Lazimmya inflasi, kenaikannya tak luput membawa serta kemerosotan makna atau nilai. Hoax pun secara serampangan dipakai untuk menyebut hal-hal yang kurang sesuai. Supaya tidak mengulang kesalahan yang sudah-sudah, perbedaan pokoknya dengan beberapa konsep sejenis nampaknya perlu kita kenali.

Untuk memulainya, mari kita buka kembali pengertian dasar hoax. Tidak usah susah-susah. Mulai saja dari pemahaman sederhana bahwa ia adalah tentang suatu hal yang diketahui tidak ada atau tidak diketahui ada tetapi disebarluaskan sebagai ada. Begitu juga sebaliknya.

Dalam kaitannya, hoax biasa ditawarkan sebagai ‘kebenaran’ bulat tanpa disclaimer, tanpa catatan maupun keterangan terkait prakondisi yang memungkinkan. Kalaupun ada, disclaimer, catatan atau prakondisi; biasanya hanya berfungsi sebagai pengalihan dan tidak menyentuh esensi dasar persoalan.

Si Fulan yang menyatakan bahwa ia telah dipukuli padahal ia tahu bahwa ia sama sekali tidak dipukuli adalah seorang yang tengah melakukan tindakan penyebaran hoax. Begitu juga dengan seseorang yang tidak mengetahui secara persis bahwa Si Fulan telah dipukuli tetapi dengan secara meyakinkan menginformasikan kepada orang lain bahwa Si Fulan telah dipukuli. Terlebih lagi jika orang lain itu khalayak ramai dan Si Penyebar patut diduga mengambil keuntungan dari tersebarnya informasi terkait si Fulan ini.

Tetapi, hoax berbeda dengan miskalkulasi. Miskalkulasi adalah hal yang diperkirakan ada atau tidak ada tetapi tidak jadi ada atau tidak ada. Unsur pembentuknya adalah informasi kalkulatif, bukan berita bohong. Tidak hanya membuka diri pada disclaimer, informasi kalkulatif biasanya membuka diri pada catatan dan mengakui keterbatasan.

Dalam beberapa kasus yang menyebabkan jatuh korban dan kerugian besar di pihak lain atau orang kebanyakan, miskalkulasi dapat berkembang menjadi delik kelalaian atau kesembronoan. Tapi tidak untuk disamaartikan sebagai hoax.

Seorang ahli klimatologi yang mengatakan besok akan hujan di kawasan Surabaya dan sekitarnya, misalnya, tidak bisa dianggap membuat hoax jika keesokan hari tidak terjadi hujan di Surabaya dan sekitarnya. Ia cukup disebut telah melakukan tindakan miskalkulasi. Konsekuensinya, tidak perlu ada ahli klimatologi yang dibui karena ini. Lagipula, di mana keadilannya jika mereka dibui? Kerjaannya bikin prediksi. Bisa keluar masuk bui jika kegagalan informasi nya dianggap sebagai hoax hari ini.

Berikutnya, selain berbeda dari miskalkulasi, hoax juga berbeda dari wanprestasi. Wanprestasi adalah hal yang dijanjikan ada atau tidak ada tetapi tidak berhasil diwujudkan keberadaan atau ketidakberadaannya oleh sebab yang dapat dibebankan kepada pihak yang menjanjikannya.

Dalam kaitannya, pelakunya bisa saja dihukum, tetapi hukumannya tidak boleh keluar dari kesepakatan atau aturan main yang telah secara khusus disepakati atau yang secara umum diterima sebagai mengikat tanpa kecuali.

Maka alih-alih berita bohong, unsur pembentuk wanprestasi adalah informasi kontraktual atau janji yang tidak terpenuhi. Tidak hanya membuka diri pada disclaimer atau catatan, informasi kontraktual umumnya membutuhkan pemahaman menyeluruh atas prakondisi-prakondisi yang diperlukan bagi perwujudannya.

Seorang manajer perusahaan yang mengatakan akan mendatangkan pertumbuhan dua digit bagi perusahaan di akhir tahun tidak bisa disebut membuat hoax apabila di akhir tahun tidak berhasil mewujudkannya. Ia cukup disebut wanprestasi, dengan catatan bahwa kegagalannya adalah akibat dari kesalahan yang dapat ditimpakan penuh kepadanya. Tetapi apabila tidak, ada kemungkinan lain yang lebih sesuai.

Akhirnya, tidak hanya berbeda dari miskalkulasi dan wanprestasi, hoax juga tidak dapat disamakan dengan situadi kahar. Situasi Kahar adalah situasi dimana hal yang dijanjikan ada atau tidak ada tidak berhasil diwujudkan keberadaan atau ketidakberadaannya oleh sebab yang tidak dapat dibebankan sepenuhnya kepada pihak yang menjanjikannya.

Selain memerlukan pertimbangan menyeluruh terkait disclaimer, catatan dan prakondisi-prakondisi terkait lainnya, penilaian terkait situasi kahar membutuhkan pemahaman menyeluruh terhadap normalitas dan keluarbiasaan situasi yang dihadapi.

Seorang manajer perusahaan yang menjanjikan pertumbuhan dua digit dan telah bekerja secara benar dan keras sedemikian rupa dalam mewujudkan janjinya namun harus menghadapi gejolak resesi ekonomi global dan faktor-faktor kompleks lain di luar dirinya tidak lantas serta merta berarti wanprestasi –apalagi hoax— manakala tidak berhasil mewujudkan janji pertumbuhannya.

Sebaliknya, ia dalam kemungkinan miskalkulasi di satu sisi dan situasi kahar di sisi lain. Apabila tantangan yang dihadapinya secara umum normal, yang terjadi adalah miskalkulasi; tapi manakala tantangan yang dihadapi adalah sesuatu yang abnormal atau force-majeur, situasi kahar adalah istilah yang lebih tepat.

Dengan begitu, menggebyah-uyah segala sesuatunya sebagai hoax adalah kesalahan. Tidak hanya kesalahan, tetapi juga kezaliman. Karena selain berpotensi membawa korban salah sasaran, ia juga berpotensi menempatkan orang salah dalam posisi yang dibenarkan. Memikirkan cara untuk menghindarkannya, karenanya, menjadi kebutuhan tak terelakkan.

Masih bingung dengan perbedaan keempatnya? Tentu saja, ruang ini terlalu singkat dan sederhana untuk membahas kekayaan perbedaannya. Tetapi bingung adalah awal yang bagus. Pertanda otak kita sudah mulai bekerja. Tinggal mencari waktu agar kita bisa ngopi bareng saja. Agar kita bisa diskusi gayeng nantinya. Tanpa vietnam dan sianida tentunya.

Akhir kata, tidak ada kepentingan politik praktis dalam uraian serba singkat dan sederhana ini. Sebagai PNS, politik praktis adalah barang mewah dan zona terlarang yang tidak boleh kami jamah hari ini. Tapi sebagai dosen, saya memikul tanggung jawab moral untuk memelihara kejernihan dan merawat akal sehat di negeri ini. Tentu saja, bersama sahabat dan sidang pembaca yang mulia di sini.

Bersama mari pelihara kejernihan dan rawat akal sehat negeri ini. Salam dari Ujung Galuh nan elok sore ini.

Surabaya, 5 Oktober 2018

 

JOKO SUSANTO

Dosen Universitas Airlangga

Direktur Eksekutif Stratagem Indonesia

RELATED ARTICLES

Most Popular