Friday, April 19, 2024
HomeGagasanTiap Zaman Hadir Tantangan dan Ancaman Dalam Bentuk, Fungsi dan Definisi Baru

Tiap Zaman Hadir Tantangan dan Ancaman Dalam Bentuk, Fungsi dan Definisi Baru

untitled

Sejarah selalu menghadirkan pertarungan abadi, antara kebaikan dan kebenaran menghadapi ancaman kejahatan dan kemunafikan. Namun, sejarah tidak statis, sejarah begerak sangat dinamis menghadirkan ancaman dan tantangan dalam bentuk, fungsi dan defenisi yang baru, menggeser ancaman dan tantangan dalam bentuk, fungsi dan definisi yang lama.

Pergeseran spektrum ancaman dapat digambarkan melalui kisah kehidupan umat manusia di era berburu dan meramu zaman pra sejarah, ketika itu manusia harus bertarung menghadapi ancaman dan tantangan ganasnya perubahan cuaca dan binatang buas, zaman tribalisme yang menghadirkan ancaman perang dan penaklukan antar suku, zaman penjajahan yang menghadirkan ancaman kolonialisme imperialisme.

Berlanjut pada era perang dingin yang menghadirkan acaman perang dan perebutan pengaruh antara dua ideolgi besar kapitalisme dengan komunisme, hingga ancaman dan tantangan paling mutakhir, yang digambarkan sangat futuristis oleh George Orwell dalam novel berjudul 1984 (Penerbit Bentang, 2003). Novel yang ditulis oleh Orwell tersebut merupakan sebuah satire tajam yang menggambarkan kehidupan sebuah masyarakat totalitarian di masa depan, yang warganya bagaikan hidup di dalam rumah kaca atau aquarium, setiap gerak gerik  masing masing warga dunia disadap dan dipelajari. Pemikiran, perasaan, hobi dan selera makannya dipantau dan dicatat.

Ketika novel ini ditulis tahun 1949, saat itu belum ada gadget atau smartphone, belum ada media sosial seperti facebook, whatsapp, twitter, path dan lainnya. Saat itu masyarakat Inggris, tempat novel itu ditulis, masih sedang sesak napas dihantui ancaman totalitarianisme bentuk lama, yaitu fasisme dan komunisme.

Beberapa dekade kemudian, ketika membaca ulang novel tersebut, kita justru menemukan substansi yang digambarkan oleh Orwell yang sesuai dengan keadaan yang sedang kita hadapi saat ini. Ketika saat ini totalitarianisme hadir dalam bentuk, fungsi dan definisi yang baru, yaitu totalitarianisme kapitalisme global yang hadir tidak dalam bentuk struktur yang lama (menggunakan tentara dan senjata untuk menjajah), tapi hadir melalui sistem dan instrumen yang baru, yaitu memanfaatkan  instrumen teknologi informasi dan sistem globalisasi pasar bebas.

Melalui memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, yaitu handphone dan media sosial berperan bagaikan “polisi pikiran” dan “intelijen perasaan”, ketika penduduk dunia secara ketat diawasi, disadap, dipantau, diintai, dicatat dan direkam seluruh perasaan, pikiran dan gerak geriknya dalam 24 jam oleh sebuah kekuatan totalitarianisme kapitalisme global. Arah pandangan,  pemikiran, selera dan gaya hidup dari penduduk global dibentuk, dikendalikan dan diarahkan secara persuasif melalui berbagai pusat pengendalian pikiran dan perasaan.

Tiap saat penduduk global akan melaporkan dengan sendirinya aktivitas dan keberadaan mereka melalui status yang diposting. Perasaan jatuh cinta atau putus cinta hingga selera makan tak lepas dari pantauan dari totalitarianisme kapitalisme global. Nyaris tak ada lagi yang dapat dirahasiakan dalam kehidupan pribadi kita.

Di dalam bidang ekonomi, bentuk baru kolonialisme dan imperialisme (nekolim) telah hadir melebur dan menguburkan struktur, fungsi dan batas-batas negara melalui pasar bebas ekonomi (akan dibahas khusus di seri berikutnya).

Tentang pergeseran spektrum ancaman dan tantangan, sebetulnya jika kita membaca kitab-kitab agama secara teliti, maka di dalam kitab Weda, Bhagawadgita, Injil, al-Qur’an, dan lainnya. kita akan menemukan salah satu prinsip yang diajarkan oleh Tuhan tentang pergeseran spektrum ancaman, yang hadir berbeda bentuk di setiap zamannya, yang membutuhkan jawaban yang berbeda juga.

Kejahatan dalam bentuk Rahwana yang dihadapi oleh Sre Rama dan Hanoman bergeser dan berubah bentuk dan fungsi menjadi kejahatan yang mengambil wujud Kurawa yang dihadapi oleh Sre Krisna dan Pandawa dalam episode Bharatayuda.

Demikian juga, di dalam al-Qur’an, juga telah menggambarkan secara sempurna tentang bergesernya berbagai bentuk ancaman kejahatan, yang hadir dalam bentuk, fungsi dan definisi yang baru. Di era Nabi Ibrahim AS yang berhadapan dengan ancaman kejahatan seorang raja Namrudz dan penduduk kerajaan tersebut yang dzalim, lalu Nabi Luth AS yang yang berhadapan dengan ancaman kerusakan mental dan moral seluruh penduduk sebuah bangsa yang akhirnya dimusnahkan oleh Allah.

Demikian juga nabi Isa AS yang berhadapan dengan ancaman para pemuka agama yang telah mengubah nilai-nilai menjadi kepentingan, hingga era nabi Muhammad SAW yang berhadapan dengan keadaan sebuah masyarakat yang telah runtuh nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusian dan Keadilan. Nabi Muhammad tak menghadapi ancaman dari raja yang dzalim dan kejam, sebagaimana yang telah dihadapi Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Nabi Muhammad SAW menghadapi ancaman dari sebuah keadaan dan sistem sosial masyarakat yang dzalim dan telah rusak moralitasnya, menindas perempuan dan menganiaya budak.

Demikianlah, sejarah selalu menghadirkan bentuk dan definisi baru tentang tantangan yang kadang bergandengan dengan ancaman. Menggunakan “kaca mata kuda” dalam melihat perkembangan zaman, pasti membuat kita gagal dalam mendiagnosa bentuk dan definisi baru dari ancaman dan tantangan yang sedang dihadapi, akibatnya kita pasti akan gagal dalam menjawab dan menemukan obat mujarab untuk menyembuhkan penyakit zaman yang selalu hadir silih berganti dalam berbagai bentuk yang baru. (bersambung)

HARIS RUSLY

Pengamat dan Aktivis Petisi 28

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular