Saturday, April 20, 2024
HomePolitikaNasionalRahman Sabon: Pernyataan SBY Terlalu Lebay!

Rahman Sabon: Pernyataan SBY Terlalu Lebay!

Pengamat politik senior Rahman Sabon Nama

 

JAKARTA – Pemerhati politik, Rahman Sabon Nama, Jumat (27/7/2018) sore, mengatakan bahwa pernyataan politik Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal koalisi politik dalam kerangka kebangsaan terlalu domestik, sektoral, dan lebay.

Hal tersebut diungkapkan Rahman Sabon kepada SBY seusai pertemuan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Jakarta pada Selasa (24/7/2018), yang mengeluarkan statemen bahwa Partai Demokrat urung bergabung dalam partai koalisi Joko Widodo lantaran belum pulihnya hubungan personalitasnya dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Rahman mengatakan, bobot dan atmosfer pernyataan itu lebih menonjol pada sensitifitas pribadi, urusan kelompok.

“Bukan pada tataran membangun koalisi bagi kepentingan lebih besar, kepentingan bagi rakyat dan bangsa ke depan,” tandas pria kelahiran NTT itu.

Di balik pernyataan SBY itu juga, menurut Rahman, Presiden RI ke-6 itu menyelipkan pernyataan bahwa hubungannya dengan Presiden Jokowi justru baik-baik saja, saling menghormati. Karena itu, kata SBY, jangan ada yang menyimpulkan bahwa seolah-olah dirinya ada masalah dengan Presiden Jokowi.

Rahman menilai bahwa pernyataan politik SBY semacam itu tidak menunjukkan suatu kejelasan dan ketegasan.

“Pernyataan yang ambiguitas,” kata Rahman Sabon.

Bagi alumnus Lemhanas RI ini, pernyataan SBY itu harusnya ditanggapi dengan bijak oleh koalisi pemerintahan Jokowi dengan memberikan argumen keberhasilan-keberhasilan pembangunan yang sudah dicapai dan apa yang belum tercapai.

“Bahwa Jokowi, memerlukan koalisi gemuk untuk membangun pemerintahan yang kuat melalui Pilpres 2019, agar Indonesia menjadi lebih baik dan kuat untuk lebih menyejahterakan rakyat,” tegasnya.

Rahman mengatakan, bahwa dirinya melihat pernyataan SBY itu lebih pada sikap menanggapi berbagai pertanyaan seputar Pilpres 2019 terkait kenapa SBY tidak mendukung Joko Widodo untuk membangun koalisi gemuk.

“Padahal sejatinya hubungan SBY-Jokowi tak ada hambatan karena Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ditawari Jokowi jadi menteri,” kata Rahman.

Pada sisi lain, Rahman mengatakan bahwa statemen SBY yang lebih mirip curhat polotik, seyogianya partai koalisi Jokowi harus berterima kasih. Sebab, di situ ada pesan politik yang disampaikan SBY, yang justru untuk memperkuat soliditas koalisi di antara partai pengusung.

Lebih jauh menurut Rahman, pernyataan SBY pun memberi semacam peringatan kepada PDI Perjuangan dan Megawati bahwa perannya dalam koalisi partai mengusung Jokowi pada Pilpres 2019 berbeda.

“Tidak seperti ketika PDI Perjuangan dan Bu Mega membangun koalisi pada Pilpres 2014,” tutur Rahman Sabon Nama

PDI Perjuangan, kata Rahman, perlu menganalisis tren hasil Pilkada 2018 agar lebih mawas diri dan jangan sampai ditinggalkan oleh partai koalisi lainnya, karena Golkar bisa ambil alih peranan PDI Perjuangan berkoalisi dengan Nasdem, PKB, Hanura dan PPP untuk mengusung Jokowi di Pilpres 2019.

(bm/bti)

RELATED ARTICLES

Most Popular