“KOMPAS Anis Matta sebagai kesinambungan dari Relawan Anis Matta for President di Pemilu 2014 prihatin sekelas Anis Matta kok diberi posisi sekelas bakal calon gubernur, itupun bukan calon langsung, harusnya beliau diberi posisi Calon Presiden, kalau DKI cukuplah berikan ke Sohibul, biar tidak mengganggu kursi wakil ketua DPR Fahri Hamzah, jadi Gubernur DKI Jakarta saja atau Mardani Ali Sera jadi Gubernur di mana itu boleh,” sindir Amas terhadap ‘lawan-lawan’ politik Anis Matta di internal PKS di Jakarta, Minggu (24/1/16).
Amas yang juga Direktur Eksekutif The Future Institute ini menegaskan manuver PKS setelah dipimpin Sohibul Iman dinilai justru membuat manuver yang terkesan aneh. Hal itu menurutnya dimulai dengan pendekatan ke pemerintahan Jokowi-JK, dibolehkannya kader partai rangkap jabatan di posisi jabatan publik maupun partai yang tadinya diharamkan sebagai konsekuensi dari partai yang menegaskan diri sebagai Partai Modern, sampai yang terbaru manuver rencana memajukan sosok penulis buku “Gelombang Ketiga Indonesia” dan pemikir muda bangsa Anis Matta sebagai Cagub.
“Lihat saja survei terbaru, suara PKS tak bertambah dipimpin Sohibul. Saya justru khawatir PKS yang kini dekat dengan Jokowi justru jadi Partai Kabinet Sejahtera atau Partai Komisaris Sejahtera. Khan orang mendekat ke pemerintahan kalau yang lain karena mengincar kursi di kabinet atau posisi di Dubes, BUMN dan lain-lain. Nah kalau PKS hati-hati saja. Intinya era Sohibul, jangan menambah langkah-langkah yang tidak baik bagi pencitraan PKS serta tidak klop dengan slogan PKS yang baru yaitu Berkhidmat untuk Rakyat,” tutup Abdullah Amas.
(bti)