Saturday, April 20, 2024
HomeEkonomikaPerusahaan Rokok Diakuisisi Asing, YLKI: Bisa Jadi Bencana Sosial

Perusahaan Rokok Diakuisisi Asing, YLKI: Bisa Jadi Bencana Sosial

Ketua Pengurus Harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), Tulus Abadi. (foto: istimewa)
Ketua Pengurus Harian YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), Tulus Abadi. (foto: istimewa)

JAKARTA – Upaya akuisisi dua anak usaha perusahaan rokok PT Gudang Garam, yakni PT Surya Mustika Nusantara (PT SMN) dan PT Karyadibya Mahardhika (PT KDM) oleh perusahaan asing asal Jepang, Japan Tobacco Incorporation dengan nilai akuisisi sebesar 667 juta dolar AS.

Peresmian akuisisi pada Jumat (4/8/2017) tersebut dinilai oleh Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi justru akan menimbulkan potensi bencana ekonomi bagi Indonesia, bahkan bencana sosial, baik dalam jangka panjang, atau bahkan jangka pendek dan menengah.

“Japan Tobacco pasti akan melakukan mekanisasi. Bagaimanapun, secara ekonomi tenaga kerja mesin lebih efisien. Satu mesin bisa menggantikan minimal 900 tenaga kerja manusia. Inilah yang pernah dilakukan PT HM Sampoerna, setelah diakuisisi oleh PT Pillip Morris Internasional,” ujar Tulus Abadi dalam keterangannya, Selasa (8/8/2017).

Tulus Abadi menambahkan bahwa di awal akuisisi, PT HM Sampoerna berjanji tidak akan melakukan mekanisasi tenaga kerja. Tetapi faktanya membuktikan lain.

Karenanya, menurut Tulus dampak jangka pendeknya, akan ada rasionalisasi tenaga kerja manusia berganti menjadi mesin, alias PHK masal yang akan dilakukan PT KDM dan PT SMN pasca akuisisi oleh Japan Tobacco Inc. tersebut.

“Tentunya, hal ini akan menambah pengangguran baru, plus naiknya persentase angka kemiskinan,” imbuhnya.

Selain itu, menurut Tulus fakta akuisisi tersebut juga akan membuat impor tembakau akan meningkat. Hal itu dikhawatirkan akan menurunkan penyerapan tembakau lokal.

“Bisa dipastikan, pasca akuisisi oleh Japan Tobacco Inc, proses produksi PT KDM dan PT SMN akan lebih banyak menggunakan tembakau impor. Apalagi tembakau impor dari China lebih murah harganya,” kata Tulus dengan nada khawatir.

Selain itu, YLKI mengkhawatirkan meningkatnya produksi rokok. Mengutip pernyataan Executive Vice President Japan Tobacco Inc., bahwa Indonesia merupakan pasar tembakau kedua terbesar di dunia.

Produsen rokok multinasional lain, makin tergencet di negaranya, karena regulasi pembatasan yang ketat. Dus, perusahaan tersebut lari ke Indonesia untuk memasarkan produknya. Menurut Tulus, mereka tahu persis rendahnya dan lemahnya regulasi pengendalian tembakau di Indonesia.

“Akibat dari akuisisi ini, prediksi kami ke depan jumlah perokok Indonesia akan meningkat tajam khususnya di kalangan anak-anak dan remaja,” tegasnya.

Trend akuisisi industri rokok multinasional dinilai akan terus terjadi di Indonesia. Mereka dinilai akan terus mengincar produsen-produsen rokok nasional untuk diakuisisi. Mereka dinilai memahami Indonesia sebagai pangsa pasar untuk pemasaran rokok yang paling menggiurkan di dunia dengan aturan yang lemah.

“Dalam jangka panjang, akan menjadi beban sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Bahkan akan menjadi bencana nasional yakni rusaknya generasi akibat kecanduan rokok, generasi yang sakit, bodoh, dan bahkan miskin,” tandas Tulus mengakhiri keterangannya.

(bm/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular