Wednesday, April 17, 2024
HomeGagasanLiputan KhususPandean Lamper: Kampung Safety Riding (Bag. 2)

Pandean Lamper: Kampung Safety Riding (Bag. 2)

Ikrar warga Kelurahan Pandean Lamper yang diwakili Lukman Muhajir disaksikan Kapolres Semarang dan CEO Astra Motor. 

Laboratorium Pembelajaran Moral

Dengan pola edukasi seperti itu, Lukman menganggap Kampung Safety Riding (KSR) sebagai Laboratorium Pembelajaran Moral. “Kalau warga tertib (berlalu lintas) di kampungnya, otomatis mereka juga akan tertib di kampung lain. Harapan kami seperti itu,” ucapnya menegaskan.

Agar harapan itu bisa terwujud, menurut Lukman, tidak cukup melakukan edukasi serta sosialisasi. Tetapi, perlu adanya rambu-rambu lalu lintas. “Karena itu, harus ada program lanjutan. Namanya program Kampung Aman,” ujarnya.

Program kedua ini, tujuannya untuk menciptakan jalan kampung yang aman serta nyaman melalui pembuatan dan pemasangan rambu-rambu lalu lintas dan Majalah Dinding (Mading) Keselamatan—didukung sepenuhnya oleh Astra Motor Semarang sejak 2013.

“Jadi, tidak sekadar sosialisasi seperti ini. Ini kan acara arisan,” kata Lukman, sambil menunjuk sebuah bingkai berisi foto kegiatan sosialisasi keselamatan berkendara pada pertemuan rutin RT.

Ada 4 bingkai foto kegiatan yang terpajang di ruangan Pos Baca. 3 bingkai di dinding sisi Selatan. 1 bingkai lagi di dinding sisi Timur. “Ini semua sejarah. Yang seperti ini bentuk nyata kami dalam memberikan pemahaman hukum kepada warga Pandean Lamper,” bebernya.

Mading Keselamatan Kampung Safety Riding Pandean Lamper, Semarang. (Foto: Achmad Fazeri)

Selanjutnya, kata Lukman, ada program Motor Aman. Tujuannya, memastikan motor warga di 45 RT prioritas benar-benar layak dikendarai. Misalnya, riting normal, headline lampu dan klakson menyala, spion terpasang, kampas rem terkontrol dan seterusnya.

“Jadi, tak cukup warganya yang paham ketertiban lalu lintas. Juga tak cukup mem-branding kampung dengan pemasangan rambu-rambu lalu lintas. Tapi, motornya juga harus layak jalan,” imbuhnya.

Untuk mendukung program ini, Astra Motor Semarang berkomitmen memberikan pelayanan servis ‘istimewa’ secara berkala. “Satu bulan sekali, Astra mendatangkan Mobil ‘Bengkel Keliling’ ke kantor kelurahan,” katanya.

Keempat, ada program Warga Peduli. Tujuannya untuk menyebarluaskan ‘virus kebaikan’, yakni budaya tertib dan aman dalam berkendara, kepada masyarakat luas agar KSR juga terbentuk di seluruh pelosok Nusantara.

“Terutama yang tak sempat berkunjung untuk melihat, ataupun menikmati langsung dari jarak dekat Kampung Safety Riding,” katanya.

Bagaimana caranya? “Kami melakukan sosialisasi lewat media sosial Facebook dan Youtube, kampanye di acara Car Free Day (CFD) dan sebagainya, termasuk juga kami woro-woro ke media seperti Panjenengan (Anda), atau lainnya,” jelas Lukman.

Dan terakhir ada program Bina Aman. Tujuannya untuk menciptakan kompetisi Safety Riding antar warga, agar mereka terus berlatih dan belajar menjaga etika dalam berkendara.

“Ini kita lombakan. Setahun sekali, ketika peringatan 17 Agustus. Warga sangat antusias mengikuti perlombaan Safety Riding ini,” jelasnya. Perlombaan ini, merupakan media edukasi Safety Riding kepada semua warga agar mereka turut serta dan aktif terlibat di dalamnya.

EDUKASI ANAK USIA DINI

Edukasi tentang Safety Riding tidak hanya menyentuh kaum pria baik itu remaja, dewasa, ataupun orangtua. Tetapi, juga kaum wanita serta anak usia dini (PAUD).

Lukman mengatakan, bahwa Pandean Lamper menjadi parameternya bagi anak-anak PAUD di Kota Semarang, yang ingin melakukan studi banding tentang keamanan dan keselamatan dalam berkendara.

“Kita ada Taman Lalu Lintas untuk memberikan edukasi kepada anak-anak PAUD. Lokasinya, di sebelah Selatan balai kelurahan,” katanya.

Kepala Kelurahan Pandean Lamper, Wiwara Mardikanti menuturkan, edukasi terkait keselamatan berlalu lintas untuk kaum wanita dan anak PAUD dilakukan di kantor kelurahan. Pelaksanaannya, dikoordinatori oleh Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) Pandean Lamper kerjasama dengan Astra Motor Semarang.

Salah satu kegiatan pihak Kepolisian untuk edukasi terkait sadar berlalu lintas pada kalangan anak usia dini di Kantor Kelurahan Pandean Lamper. (Foto: Achmad Fazeri)

“Nama kegiatannya, Edukasi Parenting. Harinya tidak tentu. Yang pasti dilakukan pada pekan pertama awal bulan. Seperti November kemarin. Itu tanggal 5, Hari Senin,” jelas wanita yang akrab disapa Wiwara ini.

Ada beberapa rangkaian acara dalam kegiatan Edukasi Parenting, baik itu berupa teori ataupun praktik secara langsung. Wiwara memaparkan secara berurutan serta runut dari awal sampai akhir kegiatan.

“Kegiatan dimulai dengan pemamparan materi tentang keselamatan berkendara di balai kelurahan. Bu Nurdin, Ketua FKK Pandean Lamper, yang menjadi narasumber. Para orangtua duduk di kursi. Sementara anak-anaknya duduk lesehan di panggung. Itu biasanya kami gelarkan tikar,” terang Wiwara mendetail.

Setelah itu, ada praktik langsung. Untuk anak-anaknya bertempat di Taman Lalu Lintas. Anak-anak difasilitasi alat peraga, berupa Otopet (pengganti sepeda motor), lengkap dengan helm beserta rompi keselamatan.

“Lalu diberi pin bergambar rambu-rambu lalu lintas. Itu tiap anak harus mencocokan pin yang dipegang dengan rambu-rambu yang ada di Taman Lalu Lintas,” jelasnya saat ditemui cakrawarta.com di ruang kerjanya, pekan terakhir November lalu.

Wiwara melanjutkan, contoh, ada anak memegang pin bergambar rambu-rambu larangan untuk parkir. Ketika mengendarai otopet, kemudian melihat rambu-rambu bertuliskan huruf P dengan strip merah di Taman Lalu Lintas, maka dia harus berhenti dan menempelkan pin yang dipegang itu ke rambu-rambu Taman Lalu Lintas.

Begitu seterusnya, hingga pin yang dipegang tertempel semua sesuai dengan rambu-rambu yang ada di Taman Lalu Lintas. Ketika anak-anak masih bingung atau keliru maka, guru merekalah yang akan mengarahkan.

Dengan pola edukasi seperti itu, kata Wiwara, mampu menumbuhkan pemahaman kepada anak-anak PAUD.

“Oh, jalannya tidak boleh melebihi 20 km/jam. Kalau ada zebra cross harus berhenti. Lihat kiri, lihat kanan. Ada orang menyebrang atau tidak. Kalau ada tulisan S strip merah, berarti tidak boleh berhenti. Maka, harus jalan terus. Ini edukasi praktik untuk anak,” jelasnya.

Salah satu sudut jalanan di Kampung Safety Riding, Pandean Lamper, Semarang dimana kecepatan kendaraan tidak boleh melebihi 20 km/jam. (Foto: Achmad Fazeri)

Sementara, untuk orang tua, masih kata Wiwara, Astra Motor Semarang menyiapkan peralatan untuk simulasi pembuatan SIM C. Lokasinya di depan balai kelurahan, dengan gambar besar berbentuk angka delapan.

“Tim Astra akan memberikan contoh lebih dulu. Begini lho caranya mengendari motor. Nah, kalau ada ibu-ibu (orangtua) yang mau praktik, ada sedikit penghargaan dari Astra, entah diberi helm atau apa,” beber Wiwara. (Bersambung…)

Laporan: Achmad Fazeri, Jakarta

RELATED ARTICLES

Most Popular