Thursday, April 25, 2024
HomeGagasanObama Menentang Kebrutalan Polisi AS

Obama Menentang Kebrutalan Polisi AS

 

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengutuk penggunaan kekerasan berlebihan terhadap pengunjuk rasa yang menuntut keadilan rasial dan menentang kebrutalan polisi setelah kematian George Floyd.

Obama, seorang Demokrat yang menjabat presiden dua periode sebelum pemerintahan Republik Donald Trump, mengatakan kekerasan itu menambah kerusakan lingkungan yang sudah kekurangan layanan dan investasi, dan memicu kerusakan yang lebih besar, seperti dilaporkan Reuters, 2 Juni 2020.

Sementara itu, mantan Penasihat Keamanan Nasional untuk Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama, Susan Rice menuding Rusia bertanggung jawab atas aksi anarkis yang terjadi pasca kematian warga kulit hitam George Floyd.

Dalam sebuah pernyataan, Susan Rice menegaskan bukan orang Amerika yang berada di balik unjuk rasa besar-besaran di jalanan AS.

Sejauh ini, Amerika Serikat telah diguncang demonstrasi enam malam berturut-turut karena kematian seorang lelaki kulit hitam di Minneapolis, George Floyd, pekan lalu, setelah seorang polisi kulit putih menekan lehernya ke aspal dengan lutut.

Masa remaja Floyd dipenuhi prestasi. Pria tinggi besar ini jadi atlet “American Footbal” untuk tim SMA Yates High School Lions pada 1992 dalam pertandingan negara bagian Texas. Mereka mendapat juara kedua.

Selepas SMA, dia kembali jadi atlet, tapi kali ini basket. Dia direkrut menjadi pemain di tim South Florida State College di Avon Park, Florida. Dia sempat kuliah di tempat itu dari 1993 hingga 1995.

Pada 2007, Floyd ditangkap polisi atas perampokan bersenjata di Houston. Atas kejahatannya tersebut, dia divonis lima tahun penjara pada 2009. Sebelumnya dia juga pernah dipenjara atas kepemilikan kokain.

Pada 2014 setelah bebas, dia pindah ke Minneapolis untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Pria tinggi-besar ini ingin berubah dan melupakan masa lalunya yang kelam. Dalam sebuah video pada 2017, dia terlihat mengimbau anak-anak muda untuk tidak menggunakan senjata.

Di Minneapolis, Floyd bekerja sebagai petugas keamanan di toko Salvation Army, sebuah lembaga amal Kristen. Untuk menambah penghasilan, pria yang dijuluki “Big Floyd” ini juga bekerja sebagai sopir truk dan penjaga di kelab malam Conga Latin Bistro.

“Dia selalu ceria,” kata Jovanni Tunstrom, pemilik kelab malam itu, kepada “The Guardian.” “Sifatnya bagus. Dia selalu berdansa dengan lucu untuk membuat orang lain tertawa.”

George Floyd, nama itu tengah menggema, menjadi latar aksi protes yang mengguncang Amerika Serikat. Floyd adalah satu lagi pria kulit hitam yang tewas di tangan polisi. Video kematian Floyd akan jadi pemandangan tak terlupakan hingga ke generasi mendatang.

Sebagai pria kulit hitam yang tumbuh di permukiman miskin Amerika Serikat, kehidupan Floyd naik dan turun. Di penghujung usianya, 46 tahun, Floyd dilaporkan tengah memperbaiki dirinya menuju kebaikan. Ayah dua anak ini meninggal dicekik oleh Derek Chauvin, polisi di Minneapolis, Minnesota, pekan lalu.

Dikutip dari berbagai sumber, Floyd lahir dan besar di Houston, tepatnya di Third Ward, sebuah permukiman warga kulit hitam yang setengah warganya hidup dalam kemiskinan. Beyonce besar di Third Ward sebelum ketenaran diraihnya.

Kawan sekaligus mantan pemain NBA, Stephen Jackson, mengatakan Floyd dikenal sebagai pelindung dan pembantu teman-temannya. Dia mengatakan, Floyd pindah ke Minnesota untuk memulai hidupnya yang baru.

“Terakhir saya berbicara dengan dia setahun yang lalu dan setiap percakapan kami tahun itu adalah soal memperbaiki diri dan menjadi ayah yang lebih baik,” kata Jackson, dikutip dari CNN.

Kematian Floyd diawali oleh laporan penjaga toko di Minneapolis. Dia memanggil polisi karena Floyd membeli rokok dengan uang palsu USD 20.

Terlepas dari kehidupan Floyd, ia sekarang menjadi pahlawan di mata warga Afrika-Amerika. Etnis Afrika-Amerika, atau Afro-Amerika, adalah sebuah kelompok etnis di Amerika Serikat yang nenek moyangnya banyak berasal dari Afrika di bagian Sub-Sahara dan Barat. Mayoritas dari rakyat etnis Afrika-Amerika berdarah Afrika, Eropa, dan Amerika Asli.

Keluarga Barack Obama, Presiden Amerika Serikat ke-44 dan istrinya, Michelle Obama pun adalah keturunan Kenya (Luo), Afrika Amerika, Inggris, dan Irlandia. Keluarga intinya merupakan Keluarga Negara Amerika Serikat dari tahun 2009 sampai 2017. Keluarga Obama adalah Keluarga Negara keturunan Afrika Amerika pertama.

Memuji Marthin Luther King, Jr

Dalam aksi unjuk rasa sebagian pengikutnya ada yang meneriakan nama Marthin Luther King Junior.

Adalah hal menarik ketika rakyat AS sejak 20 Januari 1986 untuk mengenang Dr. King, pemerintah AS menerapkan hari libur. Pengumuman hari libur ditetapkan oleh Presiden AS waktu itu, Ronald Reagan dari Partai Republik, partai yang mengusung Donald Trump sekarang ini.

Ronald Wilson Reagan ialah Presiden Amerika Serikat ke-40 dan Gubernur California ke-33. Sebelum terjun ke dunia politik, Reagan adalah seorang aktor radio, film, dan televisi. Ia hidup lebih panjang daripada Presiden yang lainnya dan merupakan Presiden terpilih tertua sampai Donald Trump melampauinya pada 2017.

Akhir kehidupan King juga tragis. Ia dibunuh bulan April 1968 oleh seorang bekas narapidana kulit putih. Jika King tewas dibunuh di tangan narapidana kulit putih, maka George Floyd tewas di tangan polisi AS berkulit putih.

 

DASMAN DJAMALUDDIN

Sejarawan dan Wartawan Senior

RELATED ARTICLES

Most Popular