Friday, March 29, 2024
HomeGagasanMengapa Jepang Bisa Modern dan Strategis?

Mengapa Jepang Bisa Modern dan Strategis?

SAAT musim dingin tiba, fuyu ga kita, di negeri Sakura Jepang terjadi saat ini di bulan November. Setiap orang harus tetap survive hidup bekerja dan bergerak seraya menahan dingin yang perlahan menusuk hingga ke tulang.

Di belahan lain dari negeri Sakura ini, tepatnya di Hokkaido, salju tebal malah menyelimuti wilayahnya, hingga memenuhi setiap sudut jalan-jalannya. Anda bisa bayangkan beratnya hidup di sana di mana dingin lebih panjang dan menusuk.

Di masa lalu, orang-orang Jepang tentu saja menahan dingin tanpa AC seperti zaman ini. Mereka dulu tentu hanya mengandalkan desain rumah seadanya, alas tidur yang terbuat dari jerami yang disebut tatami dan pakaian tradisional menyerupai baju tidur yang dapat menciptakan sedikit rasa hangat untuk menahan hantaman musim dingin.

Di masa kini, tempat tinggal sudah sangat lengkap, ruang publik lebih banyak, alat transportasi lebih canggih dan lain sebagainya didesain khusus untuk segala musim. Kereta api misalnya di musim dingin, tempat duduknya dirancang menciptakan rasa hangat ketika penumpang duduk. Inilah saat ternyaman di musim dingin, duduk di kursi kereta api yang telah dihangatkan.

Orang-orang Jepang dididik oleh alam sejak dulu dan kini oleh sistem negaranya yang lebih baik. Manusia Jepang diproduksi massal saat ini oleh sistem dan budaya mereka untuk on time, taat aturan, kerja keras, punya pride, memiliki kejujuran, welas asih, cinta tradisi dan mencintai Negara mereka secara utuh.

Pemerintah menyiapkan lapangan kerja, jaminan kesehatan dan segala fasilitas publik dan rakyat membayar pajak dan asuransi secara teratur dan sistemik.

Pemerintah tak kesulitan membuat order yang ideal untuk diterapkan bersama karena pemerintah dan rakyatnya memiliki visi yang sama yaitu memajukan Jepang dan memastikan setiap individu bisa hidup secara layak.

Tetapi dari mana sesungguhnya Jepang belajar lebih cepat sehingga dapat menjadi Negara terdepan di dunia saat ini dan bagaimana membandingkannya dengan Indonesia?

Saya melihat dinamika kemajuan Jepang saat ini dimulai dari prakondisi era restorasi di bawah kekaisaran Meiji dan kebijakan politiknya paska Perang dunia kedua. Pola yang relatif mirip dengan Indonesia. Hanya saja hasilnya tak sama.

Indonesia belum bisa menyamai pencapaian ekonomi Jepang karena missing-nya kelas Zaibatsu yaitu pemain bisnis besar yang nasionalis sejak awal berjibaku bersama pengambil kebijakan membangun Jepang sejak era Meiji hingga perang dunia II.

Pertama soal restorasi Meiji, mari kembali ke pertengahan akhir abad ke-19 saat Jepang ditekan oleh Barat yang mengancam eksistensi mereka secara politik, militer dan tradisi budaya. Jepang mencoba perlahan melawan politik global dengan politik Aikido mengimbangi Barat dengan segera mendesain sebuah Negara modern yang kuat secara militer dan ekonomi. Dengan terinspirasi dari revolusi industri-politik di Inggris dan Perancis, Jepang melakukan manuver politik restorasi Meiji untuk memulai mendesain sejarah kemajuannya.

Kekuatan negara adalah koentji. Slogan yang dipegang dalam periode perubahan besar di Jepang sekitar abad 19 akhir mencermati peta politik global adalah Fukoku Kyohei Bummei Kaika, perkaya negara, perkuat militer.

Restorasi Meiji awalnya suatu kudeta politik di Kyoto pada 3 Januari 1868 untuk mengembalikan kekuasaan feudal kekaisaran dari tangan penguasa militer Shogun. Proses mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar untuk memerintah seantero Jepang yang disebut dalam bahasa Jepang oseifukko.

Keshogunan Tokugawa menerima konsensus untuk mengembalikan otoritas membangun Jepang masa depan di tangan kekaisaran, yang sebenarnya tak pernah benar-benar mati di era Keshogunan, tetapi berpolitik tingkat tinggi bertahan dari konflik klan yang ingin berkuasa dan terkadang mencoba menggugat otoritas kekaisaran.

Bagaimanapun, keshogunan tetap mengenali dan respek terhadap eksistensi kekaisaran yang tak berkuasa secara de facto tetapi de jure. Hingga di periode akhir Keshogunan Tokugawa, kekuasaan dan kedaulatan dikembalikan ke kaisar Meiji secara de facto dan de jure merestorasi masa depan Jepang.

Aktor kudeta yang mendorong restorasi Meiji adalah kaum samurai kelas bawah yang mendapat dukungan dari massa akar rumput untuk melawan monopoli ekonomi dan politik para kelas elit feudal dari keshogunan Tokugawa. Tentu saja mereka loyal kepada kaisar.

Yang menarik dan penting dicatat adalah adalah momen restorasi Meiji ini menjadi titik awal konsensus nasionalisme bangsa Jepang untuk menguatkan Negara dan bangsa mereka bersaing dengan bangsa Barat yang lebih awal mencapai kemajuan dan kemoderenan.

Tentu saja, langkah pertama harus holistik-integratif untuk berlari dengan kencang harus memiliki kuda-kuda yang kuat seperti yang diajarkan dalam semua varian bela diri Jepang. Jepang mulai menguatkan basis ekonomi industrinya, mendesain rasional politik birokrasinya, membuat aturan hukum yang kuat, menguatkan militernya, dan mendesain model pendidikan ala Barat terutama demi menguatkan ilmu sains dan teknologinya. Inilah inti manifesto restorasi Meiji. Agenda perubahan ini diselimuti oleh nasionalisme. Sekali lagi, nasionalisme adalah koentji.

Di tahap awal restorasi Meiji sulit mencapai tujuan idealnya karena tunas-tunas kapitalisme yang mulai tumbuh mengalami hambatan karena Jepang terisolasi pada saat itu dan masih menguatnya sentiment feudal kaum samurai kelas atas. Tetapi perlahan Jepang berupaya menguatkan negara dan ekonominya atas prakarsa kelas Zaibatsu dan elit politik militernya paska restorasi Meiji masuk dan aktif dalam percaturan politik global dan ikut dalam perlombaan perang dunia I dan II. Di perang dunia I, Jepang bersekutu dengan Inggris melawan Jerman. Di perang dunia II Jepang balik bersekutu dengan Jerman dan Italia untuk melawan sekutu Barat yaitu Amerika, Inggris dkk.

Paska perang dunia II, Jepang hancur lebur dan kalah perang. Di bawah kaisar Akihito, ayah dari kaisar Hirohito saat ini, mereka menyerah kepada sekutu dan harus menerima syarat sekutu untuk menonaktifkan militer mereka dibawah konstitusi pacifisme dimana Jepang menjunjung tinggi perdamaian dan militer tak lagi aktif ekspansif ke luar.

Di momen ini, Jepang kembali mendapatkan kucuran bantuan dari Barat untuk membangun infrastruktur jalan, transportasi dan mulai membangun kembali industri negaranya. Jepang perlahan membangun kekuatan ekonomi pasarnya hingga saat ini. Perangkat-perangkat lunak hukum, politik, birokrasi dan ekonomi telah dirancang sejak era restorasi Meiji. Di paska perang dunia II, pemerintah Jepang fokus menjadi developmental state. Negara yang fokus hanya membangun industri dibawah persekutuan politisi, bisnis dan birokrasi. Hasilnya hari ini yaitu Jepang jadi negara di Asia yang paling mirip Barat. Income perbulan sangat tinggi dan skill pekerjanya makin baik.

Jika kita bandingkan dengan Indonesia, momen restorasi Meiji di Jepang juga terjadi di Indonesia yaitu kebangkitan nasionalisme di akhir abad ke-19 dan menemukan momentumnya di awal abad ke-20 melalui dinamika elit-elit politik yang visioner seperti Sukarno, Hatta, Tan Malaka dkk para pejuang nasionalis. Tetapi, momen kebangkitan nasionalisme ini baru sebatas kesadaran berpikir dan proses industrialisasi yang terlambat di Indonesia. Lamanya kolonialisme bercokol dan absennya kelas politisi nasionalis yang mengambil kebijakan politik strategis dan ketiadaan industri besar dan pemainnya menjadi penyebab lambannya kemajuan Indonesia.

Era Orde Baru, ada terobosan industri besar di mana-mana tetapi tak bertahan baik hingga saat ini seperti yang terlihat di depan mata kita tak ada imej produk industri besar ala Jepang menciptakan mobil, Korea menciptakan smartphone Samsung, Indonesia hanya menciptakan politisi yang tak nasionalis dalam skala besar.

Walhasil, kemajuan Jepang adalah hasil dari konflik besar yang panjang seperti dipotret oleh novel Taiko karya Eiji Yoshikawa dan berujung manifesto restorasi Meiji membangun Jepang. Ini mensyaratkan Jepang harus ikut aktif membangun kekuatan politik dan ekonomi global yang melibatkan semua elemen bangsanya.

Bahkan setelah kalah perang pun di perang dunia kedua, Jepang demikian cepat kembali membangun negara mereka kembali tak hanya karena diplomasi mereka, tetapi bangsa ini telah jauh punya sikap dan visi ke depan dari politisi dan pelaku ekonominya yang nasionalis.

Nasionalisme Jepang saat ini ditanam secara sistemik mulai dari merawat generasinya yang berada dalam rahim perempuan Jepang hingga kenyamanan hidup bagi mereka yang telah lansia

Sedang Indonesia tak memiliki prasyarat yang cukup kuat untuk menjadi negara maju yang modern saat ini karena dulu bangunan konsensus politiknya tak cukup kuat, basis industri besar tak ada, diinterupsi oleh rezim Suharto yang tak holistik dalam visi politik dan ekonominya dan tersentralisasi di Jakarta dan pulau Jawa.

Saat ini juga oleh semua peneliti politik studi Indonesia, dikatakan Indonesia berada dalam tangan yang jelek di bawah rezim oligarki dan pola politik kartel paska Suharto

Kita tentu masih punya harapan untuk Indonesia baru. Itu di tangan anak muda yang menawarkan nasionalisme baru, visi baru, cara berpolitik yang baru, terbuka dan progresif melibatkan diri bersama berjuang dengan dan demi rakjat massa akar rumput. Anak muda yang berjuang di dalam dan di luar sistem. Anak muda yang memulai perubahan dari hal kecil dan merancang suatu perubahan besar di negeri ini. Anak muda yang bisa belajar dari sejarah bangsa ini dan bangsa lain. Anak muda adalah koentji untuk Indonesia baru.

(Artikel lama diangkat lagi jadi topik diskusi di Senat Mahasiswa PAI STAI DDI Mangkoso, Rabu (12/8/2020)

 

MUHAMMAD THAUFAN ARIFUDDIN

Mahasiswa Doktoral Universitas Nagoya Jepang

RELATED ARTICLES

Most Popular