Thursday, March 28, 2024

Memaknai Hujan

 

Surabaya hujan pagi ini. Tidak begitu deras. Suaranya teratur berirama. Hawa dinginnya bisa dinikmati.

Kalau turunnya hujan adalah rezeki bagi bumi dan penghuninya maka begitulah juga harapan hamba-hambaNya. Hujan yang turun selalu menghidupkan bumi. Yang kering kembali subur. Setelah ditemani kemarau sekian lama.

Hujan malam ini tenang. Setenang suara tekukur piaraanku. Sesekali suara gemuruh dari langit terdengar. Awan sedang berjalan-jalan. Mengikuti perintahNya.

Hujan setiap kali selalu berbeda iramanya. Berbeda cara jatuhnya. Berbeda volumenya. Tetapi selalu bisa melepas rindu seorang kekasih kepada kekasihnya. Rintik yang perlahan terdengar seakan berpesan tentang sebuah kehadiran.

Kehadiran apa?
Kehadiran siapa?
Tak ada yang bisa menjawab. Sebab hanya Tuhan Yang Maha Tahu. Yang pasti airnya sudah membasahi tanah bumi. Mengalir sembari memperbaiki kandungan tanahnya. Memperbaiki bumi yang sudah renta.

Hujan tak pernah kompromi. Meski pandemi atau tidak. Meski ada corona atau tidak. Sebab hujan hanya mengikuti perintahNya. Sebagai penghuni bumi, kita berharap hujan membawa pesan Ilahi yang bisa membahagiakan kita. Yang saat ini sedang didatangi pandemi korona.

Hujan pasti usai. Setelah tugas selesai. Persis seperti kita, jika tugas sudah selesai maka pasti dipanggil pulang ke haribaan Ilahi. Bila hujan usai, kita bisa menyaksikannya. Tapi kapan tugas kita selesai di muka bumi selesai selalu jadi misteri…

Hujan bagimu dan bagiku bisa lain akan arti kehadirannya dan kepulangannya. Tergantung di belahan kalbu yang mana kamu dan aku menikmatinya. Tapi setiap hujan turun maka Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam mengucapkan:

اللَّهُمَّ صَيِّباً نافِعاً

Artinya, “Duhai Allah, turunkanlah pada kami hujan (lebat) yang bermanfaat.”

Hujanpun bisa dimaknai oleh siapa saja.

Surabaya, 14 Juni 2020

 

 

SYARIFUL ALIM

Penikmat Sastra

RELATED ARTICLES

Most Popular