Friday, April 19, 2024
HomeSains TeknologiKesehatanLayanan Kesehatan di Jawa Tengah Dinilai Buruk

Layanan Kesehatan di Jawa Tengah Dinilai Buruk

 

SEMARANG – Pelayanan kesehatan di provinsi Jawa Tengah (Jateng) dinilai masih belum bagus. Ditemukan beberapa kendala di lapangan. Mulai dari pelayanan kurang memuaskan, masyarakat kecil kurang mendapat perhatian, hingga masih banyaknya masyarakat yang belum memegang kartu BPJS Kesehatan. Padahal pemerintah mengharuskan masyarakat, tidak terkecuali warga Jateng, menjadi peserta BPJS Kesehatan.

Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia meminta Pemprov Jateng meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Karena pihaknya mengaku masih kerap mendapatkan keluhan dari masyarakat terkait dengan pelayanan kesehatan yang kurang maksimal.

“Kesehatan merupakan urusan wajib, dan semua berhak untuk mendapatkan pelayanan yang sama. Jangan ada perbedaan dalam memberikan pelayanan kesehatan di Jateng,” ujar Harianto, Ketua Rekan Indonesia Semarang.

Harianto menambahkan bahwa selama ini banyak masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Namun seringkali pula masyarakat disulitkan dengan urusan administrasi yang terlalu banyak. Bahkan, tidak jarang masyarakat kecil selalu dihadapkan dengan rumitnya pelayanan kesehatan ketika mereka sakit.

“Masih ada beberapa keluhan di daerah. Ini menjadi masalah bersama, dan harus segera diselesaikan, karena mereka pemegang kartu BPJS Kesehatan juga membayar, hal inilah yang yang membuat masyarakat menjadi repot saat mengurus pelayanan kesehatan. Harusnya jangan ribet dan jangan bertele-tele dengan urusan administratif,” tegas Harianto kepada media dalam acara buka puasa bersama Rekan Indonesia Semarang Raya, Senin (4/6/2018).

Selain itu, Harianto memaparkan bahwa kondisi pelayanan yang buruk di Jateng tersebut masih ditambah dengan penyakit kejiwaan yang dialami warga Jateng.

Berdasarkan rilis Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo, dr. Sri Widyayati pada Maret 2018 lalu menyatakan kurang lebih 25% warga pada 35 daerah di Jateng, atau satu di antara empat orang, mengalami gangguan jiwa ringan.

Sedangkan gangguan jiwa berat rata-rata 1,7 per mil. Penyebab mereka terkena ganguan jiwa, multifaktor. Sedangkan pencetusnya bisa karena kemiskinan, gejolak lingkungan, atau masaalah keluarga.

“Warga Jateng patut mempertanyakan keseriusan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selama ini terlihat tidak ada keseriusan Gubernur dalam hal tersebut terutama dalam menegakkan UU RS tentang fungsi pengawasan dan pembinaan RS di Jateng,” tandasnya mengakhiri keterangan.

(bm/bti)

RELATED ARTICLES

Most Popular