Friday, April 19, 2024
HomeGagasanHuman Capital Investment atau Infrastruktur?

Human Capital Investment atau Infrastruktur?

daniel mohammad rosyid

Dalam pesannya di hadapan pimpinan ITS pada Rabu (2/8/2017) yang lalu, Profesor Iwan Jaya Azis dari School of Business Cornell University Amerika Serikat mengatakan bahwa membangun infrastruktur tentu penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Tapi hal ini jangan sampai mengorbankan investasi human capital dan juga bukan sembarang infrastruktur. Harus infrastrukfur yang tepat. Untuk negara kepulauan tentu memerlukan lebih banyak anggaran untuk kapal sebagai infrastruktur daripada untuk jalan.

Persoalan pendidikan tinggi yang dihadapi oleh semua perguruan tinggi di Indonesia adalah persoalan quantity, quality dan discrepancy. Untuk itu, universitas harus melakukan inovasi disruptive, antara lain melalui online learning (pembelajaran secara daring) oleh para guru besar dan disajikan secara gratis bagi semua mahasiswa Indonesia dimanapun mereka kuliah. 

Pada sesi tersebut, saya sempat memberi catatan bahwa setiap public spending untuk infrastruktur dan public goods (pendidikan, kesehatan, KTP, dsb) agar bermanfaat bagi masyarakat banyak atau value for money, memerlukan 2 syarat : 1) birokrasi yang bersih, dan 2) operator infrastruktur yang kompeten. Jika salah satu syarat tersebut tidak dipenuhi, maka belanja publik untuk infrastruktur tadi hanya akan value for monkeys. Bahkan korupsi besar justru banyak dilakukan dalam pembangunan infrastruktur (seperti jalan, gedung sekolah dan puskesmas, pasar, dsb.).

Catatan saya berikutnya adalah kita harus meninggalkan pendekatan schooling yang cenderung mahal, lalu menggunakan pendekatan learning. Membangun pendidikan jangan sampai dihabiskan untuk membangun gedung sekolah, tapi harus lebih dipahami sebagai perluasan learning opportunities melalui kegiatan pendidikan di luar sekolah yaitu di masyarakat dan dalam keluarga. Kegiatan belajar secara non-formal dan informal harus lebih dikuatkan. Bahkan pendidikan karakter yang paling efektif hanya bisa dilakulan di rumah dan di masyarakat. Klub silat dan olahraga, museum, kebun binatang, sanggar seni dan Pramuka serta tempat-tempat ibadah dapat dikuatkan untuk membentuk sebuah learning webs yang luwes bagi semua lapisan masyarakat.

Oleh karena itu, jelas bahwa anggaran untuk investasi human capital tidak boleh dikorbankan demi pembangunan infrastruktur fisik. Jika memang difatwakan boleh oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) misalnya, maka sebagian dana haji sebaiknya digunakan untuk memajukan pendidikan dan kesehatan ummat Islam yang masih tertinggal. Harus segera dicatat bahwa menyediakan makan siang yang sehat dan bergizi di sekolah jauh lebih efektif dalam meningkatkan kinerja belajar murid daripada otak-atik kurikulum.

SURABAYA, 5 Agustus 2017

DANIELMOHAMMADROSYID

Guru Besar ITS Surabaya dan Pemerhati Pendidikan

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular