Friday, April 19, 2024
HomeEkonomikaDPR: Hengkangnya Ford Karena Iklim Investasi Indonesia Mengkhawatirkan

DPR: Hengkangnya Ford Karena Iklim Investasi Indonesia Mengkhawatirkan

Ketua Komisi VI yang juga anggota DPR RI Fraksi PAN, Achmad Hafidz Tohir
Anggota DPR RI Fraksi PAN, Achmad Hafidz Tohir

JAKARTA – Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Achmad Hafizs Tohir menyatakan, hengkangnya Ford dari Indonesia lebih dikarenakan iklim investasi dan perekonomian Indonesia yang mulai mengkhawatirkan.

Hafizs yang juga adalah Ketua Komisi VI ini menyatakan outlook ekonomi Indonesia yang buruk ini adalah pertanda tidak baik bagi investasi di Indonesia dan mencerminkan keadaan ekonomi yang suram kedepan jika tidak segera diatasi.

Dirinya meminta, Pemerintah harus banyak mendengar dan merumuskan kebijakan yang strategis di saat kondisi sulit seperti ini, bukannya malah mengabaikan masukan parlemen atau DPR.

“Selama ini rekomendasi komisi-komisi di DPR rata-rata tidak dilaksanakan dengan baik oleh Pemerintah. Padahal dalam skala bernegara pemerintah dan DPR sama-sama punya tanggung jawab membela negara, terkait kondisi ekonomi yang melemah,” demikian disampaikan Achmad Hafizs Tohir dalam keterangannya pada redaksi, Kamis (28/01/2016) dini hari.

Hengkangnya Ford dari Indonesia ini dikatakannya merupakan sinyal semakin memburuknya kondisi perekonomian Indonesia saat ini dan tanda-tanda krisis ekonomi akan menghampiri Indonesia.

“Termasuk global effect juga menekan kita. Banyak negara tujuan ekspor Indonesia mengurangi belanja, sementara arus ekspor barang tidak kunjung menguat. Krisis ini bisa dihalau jika apa yang saya sampaikan di atas tadi bisa dilakukan pemerintah, dengan mitra kerja di DPR,” imbuhnya.

Indikasi melemahnya perekonomian nasional terlihat saat banyaknya perusahaan- perusahan dan industri yang tutup di tahun 2015  di tahun pertama pemerintahan Jokowi-JK.

Hafizs menambahkan beberapa indikasi melemahnya perekonomian nasional bisa dilihat antara lain turunnya daya beli masyarakat, merosotnya nilai tukar Rupiah atas Dollar, biaya operasional perusahaan bengkak karena kenaikan bahan baku dan menurunnya permintaan sumber daya alam seperti batu bara karena perlambatan ekonomi global termasuk China.

Berikutnya, sambung Hafizs adalah eksodusnya perusahaan besar di Indonesia yang ditutup atau dipindah ke luar negeri di tahun 2015 antara lain 27 perusahaan tekstil dan produk tekstil, 125 perusahaan pertambangan batubara di Kalimatan Timur dan 11 perusahan di Batam di bidang galangan kapal, elektronik dan garmen.

Untuk diketahui, saat ini Chevron Indonesia sedang mempertimbangkan PHK 1.700an orang, Commonwealth mengkonfirmasi akan me-layoff 30-35% karyawan, ANZ Bank, Citibank Indonesia juga bakal layoff,  bahkan United Tractors (Grup Astra) sudah menawarkan karyawannya untuk resign dengan pesangon.

Anggota DPR dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sumatera Selatan 1 ini malah mendapatkan laporan bahwa banyak perusahaan kecil, menengah yang tutup tanpa melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) atau instansi terkait sehingga tidak tercatat. Dengan berlakunya pasar bebas ASEAN (MEA) tentu industri dari negara tetangga termasuk sektor tenaga kerjanya akan membanjiri Indonesia dan akan mempersulit kembali tenaga kerja domestik karena tenaga kerja tetangga yang masuk rata-rata tenaga terampil.

“Ini tentu harus menjadi perhatian serius pemerintah. Sumber daya manusia kita harus bener-benar disiapkan untuk menghadapi pasar bebas ini termasuk infrastruktur dan suprastruktur perekonomian nasional,” tutupnya.

(ah/bti)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular